24 Juli 2013

TRAP [9]

9. Jealous?

“Cowok kemarin malem itu...siapa?” tanya Rioragu-ragu beberapa menit setelah rio dan ify melewatkan perjalanan ke sekolahdengan diam.

“Kemarin? Oh. Tristan.”

“Siapa elo?”

Ify mendengar nada otoriter dari pertanyaanrio. Nada yang terdengar seperti menghakiminya. Dan ify benci seperti itu.“Temen.”

“Kok gue gak tau?”

“Emang lo siapa? Kenapa harus tau? Gak pentingjuga, kan.”

“Gue tunangan lo.”

“Atas dasar apa lo nanya cowok kemarin?”

Rio terdiam. Iya, ya. Buat apa gue nanya. Toh, gak ada untungnya buat gue.

“Nggak ad−“

“Lo cemburu?” potong ify cepat dengan senyumanremeh di wajahnya.

“Gak, lah. Ngapain gue cemburu.”

“Yaudah, sih. Gak perlu kepo sama urusan gue.Ikatan kita tuh ada karena paksaan, bukan karena perasaan. Jadi, stop urusinurusan gue. Privasi gue. Kita punya hidup sendiri-sendiri. Status tunangan Cumaberlaku di depan keluarga kita aja. Gak perlu di pamerin kemana-mana. Lo kira,gue bangga sama status tunangan keluarga haling? Sama sekali nggak.” Ucapan ifydiakhiri dengan bantingan keras pintu mobil Rio.

Seakan tersadar bahwa mereka telah sampai disekolah, Rio pun ikut turun dari mobilnya dan mengejar ify. Setelah langkahnyasejajar dengan ify, dia mencekal tangan ify. Mau tak mau ify menoleh kearahRio.

“Dan lo kira, gue bahagia tunangan sama putrisatu-satunya keluarga umari?! Sama sekali nggak!” sinisnya yang lalumeninggalkan ify sendiri.

Ify menatap punggung rio yang semakin menjauhdengan tatapan sebal. “Nyebelin!” umpatnya kesal.

**__**

Alvin melangkahkan kakinya tergesa-gesamelewati puluhan pasang mata yang menatapnya dengan bingung. Masih dengan bajuolahraga yang penuh keringat, ia pun memasuki ruangan UKS. Dilihatnya Siviayang tertidur pulas di atas ranjang.

“Syukurlah, maaf, ya vin ngerepotin kamu. I have to go now. Ada ulangan Fisikahari ini. Jagain sivia, ya. Nanti aku balik lagi.” ujar cakka lega ketikamelihat sosok alvin memasuki ruang UKS.

“Gak usah, gue jagain aja. Lo urus kelas lohari ini.”

“Gak papa?”

Alvin mengangguk. “Yaudah, aku balik dulu.”Cakka menepuk bahu alvin dan beranjak darisana.

“Tau gak, sih. Gue khawatir banget pas cakkasms gue tentang keadaan lo. Kalo lagi demam, kenapa maksa sekolah sih?! Keraskepala lo nggak ilang-ilang...” kesal alvin sambil memandangi sosok sivia yangsedang tertidur pulas di hadapannya.

Senyum alvin mengembang ketika mendengargumaman sivia yang lirih. Sebuncah harapan memenuhi hatinya. Hingga tanpasadar, tangannya dan tangan sivia sudah saling bertautan.

“Al..vin...”

**__**

Gosip−atau bisa di bilang fakta?−antara Riodan Ify pasca BRAV-FEST bukannya makin surut malah makin menjadi-jadi. Apalagimakin hari Rio dan Ify makin terlihat sering bersama-sama. Hal itu membuatZevana dan Febby jadi makin benci dengan Rio maupun Ify.

“Telingaku panas denger nama mereka disebut-sebut seantero sekolah. Berasa seleb mendadak. Terkenal gara-gara insidenyang bikin malu prissy? Nggak banget.” Cibir Febby.

“Tenang. Aku yakin, Prissy punya rencana dibalik semua yang dia lakuin. Kita tinggal tunggu, rencana apa yang dibuatPrissy. Gak mungkin Prissy tinggal diam kalo udah di permaluin di depan umumgitu.”

“Ya, aku juga yakin. Tunggu aja pembalasandari Prissy.”
**__**

“Lo udah nggak apa-apa? Serius gak mau barenggue? Rumah kita, kan, searah.” Ujar Ify saat melihat wajah pucat Sivia.

Sivia menggeleng. “Nggak perlu. Aku bisanunggu angkot kok. Lagian, rumahku kan gak jauh-jauh banget darisini.”

“Tapi lo kan lagi sakit, sivia.”

“Udah nggak. Udah mendingan kok. Beneran deh.”

Ify mendengus kesal. “Yaudah, terserah lo.Kalo ada apa-apa, lo bisa telfon gue, shilla, cakka, atau alvin. Ngerti?”

Dengan gemas, sivia mengacak-acak rambut ify.“Iyaa ify! Udah sana, kamu pulang aja. Pangeran kamu udah keluar tanduknya,tuh, nungguin kamu kelamaan nyamperin akunya.”

Ify melotot. “Pangeran? Lo gak mau mati mudadi tangan gue, kan, siv?”

Sivia terkekeh, “Ampun, nyai. Ampun.”

**__**

“Hai, vin.” Sapa Rio canggung ketika alvinberdiri tak jauh darinya.

Alvin melengos tak mempedulikan ucapanbasa-basi dari Rio.

Rio menghampiri Alvin, lalu menepuk bahu alvinpelan. “Maafin gue, ya. Tentang yang kemarin...gue bakal berusaha jadi diri gueyang dulu lagi. toh, gue juga udah gak sama-sama lagi sama Pricilla.”

Merasa alvin tetap tak acuh padanya, akhirnyaRio menonjok lengan alvin pelan.

Alvin mendengus. “Jagain sahabat kecil gue,Yo. Jangan sampe lo nyakitin dia. Walopun gue yakin, perasaan lo ke dia belumseperti perasaan lo ke Pricilla. Belajarlah mencintai Ify. Dia cewek baik-baik.Jangan sia-siain dia,atau manfaatin dia. Gue percaya sama lo.”

Rio sedikit tertohok dengan ucapan Alvin. Tapidiluar kesadarannya, kepalanya mengangguk patuh.

“Jadi, lo udah mulai belajar mencintai ify ya?Menurut pengelihatan gue di BRAV-FEST...lo lebih belain ify daripada...eng...yahlo tau sendiri lah siapa.”

Rio menyerngit, “Mulai mencintai ify?”

“Ngaku aja, gue tau lagi. ekspresi lo pasngamuk sama...you know who...itubener-bener ekspresi yang bermakna ‘jangan ganggu cewek gue’.” Goda Alvin sambilbersiul menggoda.

Alis rio terangkat, “Apaansih lo. Norak.”

“Kenyataannya, kan,emang begitu. Lo gak mau kalo tunangan lo disakitin kan? Apalagi di permaluin. Guerasa…lo udah gak ada perasaan sama prissy. Dilihat dari beberapa hari inikedekatan lo sama ify jadi omongan anak satu sekolah…..”

“Ayo pulang.” Ujar ifytiba-tiba sambil menepuk punggung Rio.

Rio menghela napaslega, setidaknya ia bisa terbebaskan dari ejekan Alvin padanya. Rio menganggguk,dan memberi kode pada Alvin. Alvin menepuk bahu Rio dan berjalan di belakangRio dan Ify.

“Hai, fy.” Seoranglelaki berambut cepak dengan tinggi beberapa centi diatas Rio berdiri dihalaman SMA BRAVIE.

Ify tersentak kagetmelihat Tristan sudah ada di hadapannya. Lalu tersenyum kikuk. “hai. Ngapain disini?”

“Mampir… dan ternyatalo udah balik…jadi…mau pulang bareng gue?”

Alvin menyerngit,sedangkan Rio menatap Tristan dengan tatapan tak suka.

“Boleh… hari ini guepulang sama Tristan ya, yo? Gak papa kan?”

“Eh? Tapi…”

“Sekali aja. Boleh ya?Ntar gue yang bilang ke kakek, deh.”

“Yaudah.” Jawab Riotak acuh.

Ify langsung menyambuttangan Tristan dan beranjak meninggalkan Rio dan Alvin tanpa menoleh lagi.

Alvin terkikik gelimelihat ekspresi Rio. “Cemburu, om?”

Rio tidak mendengarkanAlvin. Matanya masih tertuju pada Ify yang masuk kedalam mobil Tristan. Rasa kesalmengingat sepulangnya dari sekolah, ia akan di marahi oleh ayahnya tiba-tibaterngiang di kepalanya. Dia kembali dalam masalah. Dan semuanya karena ify. Ya,karena ify, tunangannya

“Segitunya ngeliatinmereka. Cemburu lo? Kalo gak rela liat ify sama tuh cowok kejar dong. Jangan Cumadi pelototin gitu aja. Lo kira mata lo ada sihirnya, sampe bisa bikin ify balikkesini Cuma karena ngeliatin dia sampe mata mau copot gitu? Gak akan…”

“Cemburu? Gak tuh,”

“Ngaku aja deh yo. Setiaporang yang ngeliat ekspresi muka lo tadi tuh bakal menyimpulkan hal yang samakaya apa yang gue simpulin. Lo…cemburu…” ujar alvin penuh penekanan.

Gue? Cemburu?

Pertanyaan itu kembalimengiang didalam otak ify. Lagi-lagi ada sesuatu yg aneh menyelinap dalamtubuhnya. Rio tidak bisa menjelaskannya. Yang pasti, sesuatu itu campur aduk. Membuatrio melengos dan segera masuk dalam mobilnya.

**__**

Alvin bersandar padamobilnya, saat tiba-tiba Sivia keluar dari sekolah dengan wajahnya yang pucat. Alvinyang sadar akan kedatangan sivia langsung menghampirinya.

“Gue anter pulang ya? Lopucet banget gitu.”

Sivia menggeleng. Mencobatersenyum. “Nggak, makasih.”

“Gue nggak mau lobilang nggak. Ayo ,naik.”

“Aku bilang nggak yanggak, vin. Maksa banget,sih.” Kesal Sivia.

Alvin berdecak. “Lotuh keras kepala, ya! Gue bilang gue anter y ague anter. Jangan nolak.”

“Aku nggak mau!”

“Kenapa sih, bandelbanget? Cuma iyain apa susahnya? Lagian gue Cuma mau anter lo pulang. Gak bakalkok gue culik lo. Lo bakal pulang dengan selamat. Tanpa kekurangan satu bagiandari tubuh lo. Gue janji.”

Sivia menyerah. Adu argumentdengan Alvin disaat dirinya sedang sakit bukanlah hal yang tepat. Perlahan langkahnyamengikuti Alvin menuju kearah mobil Alvin. Lalu setelah Alvin membukakan pintu,ia masuk kesana.

“Sakit apa?” Alvinmenginjak gas, pelan-pelan mobilnya mulai beranjak keluar dari BRAVIE.

“Pusing aja.”

“Kok sampe pingsan? Nggakmakan semalem?”

“Udah, kok.”

“Bohong. Gue tau, lopunya maag. Dan lo bakal gak makan kalo ada masalah. Ada apa? Mau share samague?”

“Aku nggak apa-apa.” SinisSivia. “Kalo kamu nganterin aku Cuma buat introgasi aku yang nggak penting,turunin aku aja.”

Alvin berdecak. “Dasar!Nggak inget apa, tadi di UKS ngomong apa.” Lirihnya.

“apa, vin?”

“Eh? Nggak. Lupain aja.”

Dan 10 menit sisaperjalanan mereka hanya diiringi suara merdu dari MP3 mobil Alvin yang menyala.

“Sebenarnya… diriku masih… mengharapkanmu…”

**__**



maaf ya pendek. jatah part ini emang cuma segini. hari ini post 2 part. tapi bentar ya belum di bikin hahaha
leave your comment here! thankies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar