24 Juli 2013

TRAP [5]

5. Pricilla


Rio dan Pricilla ada di dalam aula putih, berdua. Pricilla dengan ice cream di tangannya, dan rio dengan jantungnya yang berdegup kencang. Hari ini, ia bertekad untuk putus dari Pricilla. Karena perjodohan sialan itu yang memaksanya seperti ini. Ayahnya melarangnya untuk berhubungan dengan gadis lain, selain ify. Bahkan ayahnya sudah menyuruh beberapa intel untuk mengawasi gerak-gerik rio di sekolah.

Ayahnya hanya memberi waktu 1 hari untuk menyelesaikan hubungannya dengan Pricilla. Dan hari inilah saatnya.

“Priss...”

“Iya, yo?”

“Aku... aku...”

Pricilla menghadap Rio. “Kamu kenapa?”

“Aku mau kasih tau sesuatu ke kamu... aku...”

Pricilla masih menunggu. Ia duduk mendekat pada rio. Dan sebuah kecupan kilat mendarat di bibir Rio. “Aku sayang kamu,” bisik Pricilla.

Rio seakan terhempas dari kenyataan. Ternyata, berpisah dengan Pricilla tak segampang yang ia bayangkan. “Aku juga...”

Dan, semuanya gagal. Maaf, pa. Rio nggak bisa.

**__**

“Lo kenapa, bro, mukanya di tekuk terus?”

Rio mengangkat bahunya tak acuh.

Alvin menyerngit, “Ada masalah sama pacar kesayangan lo itu?”

“Dari nada bicara lo, kayanya lo nggak suka banget gue pacaran sama dia.”

“Baru sadar? Sejak lo pacaran sama dia, lo berubah, Rio. Lo menjelma jadi sosok Rio yang gak gue kenal. Lo jadi orang lain.”

“Gue tetep Rio. Mario Stevano Haling. Bukan siapa-siapa.”

“Terserah! Mau sampai kapan lo berubah jadi Rio yang gak gue kenal? Lo sahabat gue, yo. Dan gue berhak ngasih tau mana yang salah dan mana yang bener buat lo. Gue mencoba ngasih tau lo, tapi gagal. Lo udah di butain sama cewek macem Pricilla!”

“heh! Jaga mulut lo! Dia cewek gue, cewek sahabat lo!”

“Oh, lo sahabat gue? Hah. Gue nggak punya sahabat kaya lo. Sahabat gue Mario! Bukannya cowok bermuka Rio tapi berkelakuan bukan Rio!” alvin meninggalkan kelas.

Rio mengacak-acak rambutnya frustasi. Apa iya gue bener-bener berubah? Berubah jadi apa gue? Power ranger? HAH LUCU BANGET.

 **__**

“Hai, gue boleh gabung?” tanya Alvin pada sivia, ify, cakka dan Shilla.

Shilla mengangguk. Ify sudah menggeser tempat duduknya.

“Tumben? Ada apa lo tiba-tiba nyamperin kita? Mana, tuh, temen lo yang satunya?” tanya ify basa-basi

“Temen? Ilang. Noh di lalap sama pacarnya,” alvin mengedikkan bahu kearah Rio dan Pricilla yang ada di pojok kantin.

“jadi kamu cemburu liat mereka?” goda Shilla.

“Cemburu? Lo kira gue homo!?!?!”

“Jadi kamu mikir, aku nuduh kamu cemburuin Rio? Apa kamu emang benr-bener cemburu sama Rio?”

“Nggak! Gila gue masih normal kali.” Alvin menyambar jus strawberry yang ada di depannya

“Itu minum aku, alvin” ujar sivia kesal lalu mencubit pinggang alvin.

“eh eh aduh aduh maaf vi iya iya sori gak lagi.”

Ify tersenyum melihatnya, diam-diam, ia melihat kearah cakka dan shilla yang juga menikmati kedekatan mereka.

**__**

“Rio, kamu sudah menyelesaikan semuanya?”

“Belum, Pa.”

Zeth haling menatap garang kearah Rio. “Belum?!?! Papa sudah kasih kamu kesempatan. Nggak ada kesempatan kedua. Papa nggak mau tau, jauhi pacar kamu! Dan mulai sekarang, kamu harus antar jemput ify ke sekolah.”

“papa...”

“Nggak pake bantah! Papa udah kasih kamu kesempatan buat nyelesaiin semuanya, tapi kamu menyia-nyiakan kesempatan itu. Cuma dua tahun, rio, setelah itu, kamu bebas. Hanya buat ify jatuh cinta sama kamu, lalu ambil aset perusahaannya, dan kamu boleh menjalankan hidup kamu seperti biasanya. Kalau kamu bisa cepat, papa yakin, nggak sampe dua tahun, perusahaan papa kembali bangkit. Semuanya ada di tangan kamu, Rio.”

Rio kembali diam. Ia benar-benar bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang.

**__**

Tin tin...

Ify baru saja selesai sarapan saat sebuah klakson berada tepat di depan rumah kakeknya. Samuel umari yang turun dari tangga langsung memberi kode pada ify untuk membukanya. Ify mengangguk malas, tapi tetap berjalan untuk membuka pintu.

“Pagi...” sapa Rio dari balik pintu.

Ify melongo. “Pa..pagi juga...”

“Berangkat bareng?”

“Eng...gue...naek angkot aja.”

“kok naik angkot? Sama gue aja.”

“Siapa, fy?” tanya kakeknya dari dalam.

“ehh, anu, kek... itu... Rio...”

“Rio? Suruh masuk...”

Ify memberi kode pada rio untuk mengikutinya. Kakeknya sudah duduk di ruang tamu dan membaca koran.

“Pagi, kek...”

“Pagi, Rio. Udah sarapan? Tuh, ify bikin nasi goreng.”

“Nggak, kek. Rio udah kenyang, tadi udah sarapan roti di rumah.”

“Fy, daripada nasi gorengnya mubazir, kamu bawa buat bekal gih, nanti di makan sama Rio pas istirahat.”

Damn! Si kakek nih kalo nyari kesempatan bisa aja!

Ify mendengus, lalu membereskan meja makan.

“Mau nganterin ify, ya?”

“Iya, kek. Boleh, kan?”

“sangat boleh. Kalau perlu tiap hari, ya. Biar ify ada yang jaga. Kakek, kan, udah tua. Nggak bisa terus jagain ify. Kedua orang tua ify juga lagi di luar negri. Jadi Cuma kamu harapan kakek, buat jagain ify.”

“Beres, kek. Bakal Rio jagain.”

“Ayo, berangkat.” Ujar ify jutek.

“Yaudah, kalian hati-hati ya. Rio, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya.”

“Iya, kek. Kita berangkat dulu.” “kek, ify berangkat.” Ujar rio dan ify hampir bersamaan.

**__**

Rio dan ify melewatkan lima belas menit perjalanan dengan diam. Tak ada yang berniat memulai pembicaraan. Rio terlalu bingung, dan ify terlalu malas. Beberapa ratus meter dari sekolah, ify menoel bahu Rio.

“Gue turun disini aja.” Ujarnya sambil merapikan seragamnya.

“Kok?”

“Gue nggak mau dateng ke sekolah sama cowok yang masih berstatus pacar orang.”

Rio menepikan mobilnya. “Terus, kalo gue udah gak berstatus pacar orang, lo mau?”

Ify terdiam. Tanpa basa-basi, dia membuka pintu mobil rio.

“Fy!” rio ikut keluar dari mobil dan mengejar ify.

“apa, sih?”

“Gue Cuma sedang mematuhi perintah bokap gue, buat anter jemput lo. Karena status lo sekarang adalah tunangan gue.”

“gue bahkan lupa naruh cincin tunangan kita dimana,” sahut ify sakartis.

Rio menghela napasnya berat, “Lo nurut aja, seenggaknya nggak usah jadi pengacau. Cuma gue anter jemput doang, juga. Biar gue terbebas dari amukan bokap gue.”

“Pengacau lo bilang?!” desis ify tajam. Ia makin mempercepat langkahnya, tak mempedulikan Rio yang menyerukan namanya berkali-kali.

**__**

“Gawat! Gawat! Gue liat rio sama Ify di jalan deket sekolah!” ujar zevana pada febby.

“Rio? Ify? Ngapain?”

“Nggak tau, tapi gue lihat rio megang tangannya ify. Jangan-jangan...dia selingkuh lagi.”

“Siapa yang selingkuh?” tanya pricilla yang tiba-tiba sudah ada di bangkunya.

“eh, itu, anu...”

“Siapa?” tanyanya dingin.

“rio... aku lihat rio sama ify di jalanan deket sekolah, pegangan tangan.”

“Shit! Macem-macem dia sama gue!” geram Pricilla. “Dia harus di kasih pelajaran! Supaya gak asal serobot cowok orang aja.”

Dan sebuah ide terlintas di benak Pricilla.

**__**

“Kemarin alvin, sekarang kamu. Kenapa muka kamu kaya gitu?”

“Sebel, kesel. Gue paling nggak suka kalo di ejek. Apalagi sama cowok! Sumpah, gue pengen banget nyumpel mulutnya pake kaos kakinya sepupu gue yang gak pernah di cuci itu... erghhhh nyebelin.”

“Siapa, sih?”

“Rio! Sok banget jadi cowok. Awal-awalnya manis tapi ternyata busuk juga. Ngeseliiiiinn...”

“Rio?”

Ups. Ify menutup mulutnya, sadar, bahwa ia sudah keceplosan.

“eh, gue baru sadar. Kok akhir-akhir ini style lo berubah? Rambut sering di cepol, terus, kacamata ganti, ada perubahan yang sangat signifikan dari diri seorang Ashilla.” Ujar ify coba mengalihkan pembicaraan.

Tiba-tiba muka Shilla bersemu merah. Ify tau, semua penyebab shilla berubah karena Cakka. “Cie shilla mukanya merah, ciee shilla jatuh cinta...”

“Ify, apaan sih?”

**__**


Just the way you say hello
With one touch I can't let go
Never thought I'd fall in love with you...

“Kurang tinggi,ify. Coba kamu tinggikan lagi suara kamu. Saya yakin, kamu mampu.”

Ify mengangguk dan mulai menyanyi.

Dua jam yang lalu, sivia tiba-tiba datang ke kelasnya dan mengajaknya, juga shilla untuk keluar atas keperluan BRAV-FEST lusa. Dan ify di tunjuk sebagai opening acara, dengan grand piano putih dan lagu pembukaan berjudul Because of you. (hayo grand piano putih jangan random ya wakakaka)

Sedangkan Shilla, Sivia, Cakka, Debo dan Zevana akan ada pada satu band, BRAVESound. Band milik sekolah. Shilla sebagai gitaris bersama cakka, debo sebagai drummer, zevana sebagai bassist dan sivia sebagai vocalist.

Sedangkan alvin sedari tadi merekam jalannya latihan.

“Jadi kerjaan gue gini doang, nih? Jadi asisten kalian? Beliin kalian minum, gitu-gitu doang?” tanya Alvin kesal.

Shilla dan cakka cekikikan.

“Kalau kamu nggak mau, yaudah, aku bisa suruh anak osis lain kok, jadi sie dokumentasi.”

Alvin mendengus. “ya ya ya. Sory ketua. Hamba tidak akan protes lagi.”

Diam-diam, sivia tersenyum.

“Kok lo nunjuk gue, sih ?”

“Karena kata shilla, suara kamu bagus. kamu juga bisa main piano. Buktinya, pelajaran seni kamu selalu dapet A.”

“tau dari mana lo?”

“aku ketua osis, fy. Remember?”

“Cih, jadi ketua osis jaman sekarang suka mencuri informasi orang lain? Itu namanya ilegal.”

“Nggak kok, siapa yang mencuri? Aku Cuma melihat. Beda, ya.” Sivia terkekeh.

“Sivia..” panggil Pricilla yang tiba-tiba datang menghampiri via.

Sivia menyerngit. “ya?”

“Ini, tugas gue, bisa ganti nggak, sama tugasnya Difa? Biar gue aja yang ngurus acara. Dia ngurus promosi,”

“Ehm... gimana ya? Kemarin, kan, kamu gak ikut rapat.”

“tenang, gue bisa tanya anak-anak yang ikut rapat, kok.”

“yaudah, terserah kamu aja. Tapi konfirmasi sama difa dulu, ya.”

“yap. Udah gue bilang ke difa. Thank you.” Pricilla mengedipkan sebelah matanya ke sivia, sambil melirik ify dengan tatapan yang tak bisa terbaca.

Kali ini, lo akan bertekuk lutut di hadapan Pricilla, ify. Lo kira, gue akan diem aja, liat pacar gue lo ambil? Nggak, ify. Liat aja lusa. Gue akan bikin sebuah sejarah baru di hidup lo.


====____=====

donee! dua part nih sehari. gimana? comment jangan lupa yaaaa. hehehehe :3
@achaDG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar