6. Rahasia Ify
“Permainan piano kamu bagus, fy. Kamu pernah les?”
Ify menggeleng, “Saya otodidak, bu. Mama saya suka main piano, saya belajar dari mama. Tapi nggak lama setelah itu, mama saya mulai sibuk sama urusan kerjaan. Jadi, saya udah hampir nggak pernah menyentuh piano yang ada dirumah.”
“Sayang banget, padahal kamu bisa jadi composer terkenal, loh, kalo terus di latih.”
Ify terkekeh. “Cita-cita saya bukan jadi composer, atau pemusik, atau apalah yang ada hubungannya dengan musik. Karena musik Cuma hobi saya, bukan untuk dijadikan sebuah cita-cita.”
“Lalu, apa cita-cita kamu?”
“Saya ingin menjadi seorang chef, seperti mama saya.”
“Great, it was a big dream, fy. Kamu harus mewujudkannya, someday.”
“Ya, cakka. I will.”
“Oke, gladi bersih cukup. Saya rasa kalian siap tampil besok. Ingat, jaga stamina. Saya ingin BREV-FEST berjalan lancar besok.”
“Siap bu!”
Cakka, shilla dan sivia melongo melihat seseorang yang masuk kedalam ruang musik. Dilihatnya sosok Rio, dengan gaya coolnya, dan tatapan tak acuh pada sekitar, berjalan menuju Ify. “Udah selesai? Pulang, yuk?”
Ify keki di tempatnya. “Lo apa-apaan, sih? Kenapa lo kesini? Ini sekolah, mario!”
“So? Lo tunang...”
Ify menutup mulut Rio. Seluruh ruangan menatap kedua orang ini dengan tatapan penuh penjelasan.
“ARGHH!!!” ify mengerang dan menyambar asal tasnya. Lalu beranjak darisana tanpa mengatakan apa-apa.
Sedetik kemudian, rio menyusul ify.
Zevana mencium sesuatu yang tak beres. Segera ia mengetikkan sesuatu pada Pricilla.
Zevana: Rio, tadi ke ruang musik. Nyamperin ify. Kayanya mau nganterin ify pulang.
“Liat, nih, sayang. Aku suka yang ini.” Ujar Pricilla menunjuk boneka teddy bear besar di depan sebuah toko.
“kamu mau yang ini?”
Pricilla mengangguk dan memasang muka penuh harap.
“tunggu bentar disini,”
Senyum pricilla mengembang, tapi sedetik kemudian, senyum itu lenyap saat ponselnya bergetar dan memperlihatkan isi pesan di dalamnya.
“Sialan tuh cewek! Bener-bener minta di habisin!” geramnya.
“Ini buat kamu!” ujar Kenneth sambil memberikan teddy bear yang baru saja di belinya.
“Udah gak mood. Ayo pulang,” jutek Pricilla yang lalu berjalan mendahuluinya.
“Loh? Loh? Gimana, sih? Pricilla, tunggu!”
**__**
“Fy, tungguin gue!”
“lo pulang sana sendiri! Bilang sama bokap lo, kalo lo udah anter gue pulang. Gue juga bakal bilang gitu ke kakek gue.” Sinisnya.
“fy gue minta maaf kalo kata-kata gue kemarin...”
“Ya, ya, ya. Udah gue maafin. Udah, pergi sana.” Usir ify
“Nggak, lo harus pulang bareng gue hari ini.”
“Gue bilang nggak mau, ya nggak mau. Denger nggak sih?!”
“Nggak. Gue nggak denger. Kecuali lo bilang mau pulang bareng gue, gue bakal dengerin.”
“ARGHHH Tuhan kenapa kau memberi cobaan kepada hambamu yang tidak berdosa ini...” rintih ify frustasi.
Rio tersenyum simpul. “Gue bakal ngikutin kemanapun lo pergi. Nggak ada tempat buat lo lari dari gue, fy.”
“Lo kira gue mau lari dari lo? Gue bukan pengecut! Oke, gue pulang sama lo.” Kesal ify yang lalu berjalan menuju mobil Rio.
Rio terkekeh. “Gengsi kok di gedein.” Gumamnya.
**__**
“Rio...sama...ify?” pertanyaan sivia menggantung, melihat Cakka, Shilla dan Alvin yang sama-sama memasang ekspresi nggak tau apa-apa.
“Ada yang aneh, ada rahasia yang disembunyiin ify dan rio dari gue... ify nggak biasanya diem aja. Apalagi dia tau, rio udah punya cewek.” Simpul alvin.
“Ify juga nggak cerita apa-apa....eh, tunggu.”
Sivia, alvin dan cakka menatap Shilla penuh Tanya.
“kemarin pagi, muka ify kusut banget. Pas aku nanya kenapa, dia bilang dia lagi kesel sama rio, rio nyebelin, tapi pas aku mau nanya udah keburu masuk bu Ira-nya.”
“Berarti, sebelum ini mereka udah deket...”
“are they in a relationship?”
“gue akan cari tau,” Lirih alvin sambil melihat mobil rio yang perlahan mulai meninggalkan parkiran sekolah.
**__**
“gue ingetin, tuan Haling. Jangan sekali-kali lo nyebut tentang status kita di depan anak-anak.”
“Kenapa? Lo malu punya tunangan seganteng gue? Seperfect gue? Oh, c’mon. Semua cewek-cewek di sekolah ingin jadi pacar gue.”
“Sorry, tolong minimalisir kenarsisan lo didepan gue. Karena gue bukan satu di antara cewek-cewek di sekolah yang mau jadi pacar lo.” Ujar ify sambil mengutip ucapannya.
“yes, you are. Karena lo mau jadi tunangan gue.”
“Itu terpaksa!”
“Gak peduli apapun alasannya, sekali tunangan, ya tunangan. Lo lebih dari pacar gue.”
“Gue nggak pernah anggep lo tunangan gue.”
“Terserah, nggak ngaruh, karena lo tetep tunangan gue.”
Ify mulai frustasi lagi menghadapi manusia ganteng di hadapannya ini. Tunggu, ganteng? Ya, dia memang ganteng, tapi busuknya lebih hina daripada koruptor!
“Berdamailah sama situasi. Gue udah mulai menerima lo dalam hidup gue. Sebaiknya lo juga kaya gitu ke gue.”
Ify menoleh. “Menerima lo? Nggak! Nggak akan!” ify geleng-geleng sendiri. Nih anak abis kebentur apa, sih?? Kok omongannya ngaco banget.
“Tunggu aja, fy. Gue akan bikin lo jatuh cinta sama gue.” Ucap rio dengan santainya, membuat pupil mata ify melebar selebar lebarnya.
“turunin gue!”
“No.”
“Turunin gue sekarang!”
“Gak akan.”
“Rio turunin gue!!!” ify menjambak rambut rio, hingga terpaksa rio menepikan mobilnya. Pintu mobil masih terkunci, ify tidak bisa keluar.
“yo, buka mobilnya.”
“Gak”
“buka!”
“Gak mau!”
“ARRGGHHH!!”
Tiba-tiba, rio tangan rio terulur mendekatkan tubuh ify kearahnya, sejurus kemudian, ia mencium puncak kepala ify. Membuat ify mematung di tempat duduknya.
“Lo kurang ajar!!” tuding ify emosi.
“apa? Gue tunangan lo, nona Umari.”
“AARRRGGHH!!!!!!” ia pun langsung pindah ke jok belakang. Tak peduli tatapan protes dari Rio. Dia tidak ingin melihat wajah rio sekarang. Kalau bisa selamanya.
**__**
Cakka calling...
Shilla menyerngit, tumben? Ia melirik jam dinding rumahnya. Udah jam 8 malem, ada apa?
“Halo, ada apa, kka?”
“Nggak apa-apa, are you hungry? Mau cari makan sama aku?”
Shilla terkekeh, “kamu masih ngehawatirin aku, gara-gara kejadian kemarin?”
“Iya, siapa yang gak khawatir, nunggu nasi goreng lewat sampe pingsan.”
“Jangan diingetin, ah, malu. Aku udah makan, tadi beli KFC pulang sekolah.”
“Jangan makan junk food terus, nggak sehat. nanti gendut.”
“Suka-suka aku, lah. Kenapa kamu jadi kaya mama aku gini, sih?” diam-diam, muka shilla memerah malu karena perhatian cakka yang semakin hari semakin berlebihan padanya.
“aku cerewet, because i care to you, Ashilla. Aku nggak ingin kejadian kemarin keulang lagi.”
“thankyou, kka.”
“For what?”
“For your care, its too much for me.”
“Jangan sungkan, ini gunanya sahabat, kan?”
Glek. Sahabat? Jadi Cuma sahabat ya?
“Hahaha, ya. Yaudah, aku ngantuk. Malam, kka.”
“Night, see you tomorrow. Nice dream, Shilla.”
Klik. Telfon di matikan. Tak terasa, air mata shilla jatuh menetes.
**__**
Sekolah masih sepi. Hanya ada segerombol anggota osis, dan anak-anak ekskul yang sedang bekerja rodi menyulap lapangan menjadi sebuah pasar dengan berbagai stand. Setiap kelas wajib menyumbangkan sesuatu, entah itu makanan, baju bekas, atau apapun itu. Bravie-festival diadakan setahun sekali, dan dana dari BRAV-FEST sendiri di kumpulkan untuk membantu bencana-bencana yang makin banyak di Indonesia.
Pricilla mendekor panggung yang nantinya akan menjadi opening dari BRAV-FEST. Alvin dan Sivia sibuk mengecek semuanya, tak lupa dengan handycam di tangan alvin. Alvin benar-benar mengabadikan momen-momen sebelum BRAV-FEST di mulai hingga hari H.
“Eh, kalian udah dateng! Kalian bisa masuk ke aula putih, ada kostum disana. Terus ada make up. Bakal ada yang ngurus, kok. Maaf, ya, aku nggak bisa kesana. Kerjaan aku disini juga lumayan banyak.”
“Nggak papa, via. Semangat ya! Pasti sukses!” ujar ify menyemangati.
“Thanks, fy.” Sivia kembali sibuk dengan Dayat dan Oik.
Ify, shilla, dan cakka segera menuju aula putih untuk bersiap-siap.
**__**
“Yakin sama rencana kamu?” tanya Zevana takut-takut.
“Yakin, lah! Gue udah gak bisa mundur. Dan nggak ada alasan buat nggak yakin. Semuanya udah gue susun. Dia harus tau, kalo Rio tuh milik gue!” Pricilla melenggang santai di atas panggung, lalu mengelus grand piano putih di pojok panggung. “Semoga lo beruntung, Ify.”
**__**
“Ify dimana?” tanya Rio tanpa ekspresi, membuat Shilla sedikit takut untuk menunjuk kearah ify sedang bermake up ria.
“Lo kenapa berangkat sekolah sendiri?” tanya Rio dingin, sambil mencekal lengan Ify
“Rio lepasin!”
“kenapa lo berangkat sekolah sendiri?!?!”
“Terserah gue, dong! Bukan urusan lo.”
“urusan gue, ify. Lo tuh tunangan gue! Jangan seenaknya sendiri kalo ambil keputusan!” bentak Rio emosi.
PLAKKK...
Ify menampar Rio keras-keras. “Gue...udah...bilang...jangan...sebut...status...kita...disini..” ujarnya penuh penekanan, dengan emosi yang menggumpal di dadanya.
“kenapa? Lo emang tunangan gue. Lo nggak bisa apa-apa lagi dengan status itu. Lo punya gue.”
“Nggak! Sampai kapanpun, gue gak setuju tunangan sama lo.”
“Fine! Dan lo bakal tau akibatnya!” Rio beranjak darisana.
Cakka dan shilla masih melongo di tepat duduk mereka. Ify menatap kedua temannya itu dengan tatapan sendu. Cakka menyenggol bahu shilla, memberi kode. Shilla yang menangkap langsung mengangguk dan mendekati ify.
“kalo kamu ada masalah, kamu bisa cerita ke kita, kok. Kalopun rahasia, kita juga bisa jaga rahasia kamu. Kita temen, inget?”
Ify yang tak kuat akhirnya menangis, dan meluncurlah cerita dari mulutnya. Runtut, dan jelas. Sesekali shilla dan cakka menepuk bahu ify, menenangkannya.
“Mungkin Rio bener, fy. Mulailah menerima kenyataan, karena ini kehendak keluarga kamu. Mereka tau yang terbaik buat kamu. Aku yakin, mereka ingin kamu bahagia dengan orang yang benar.”
“Rio? Dia orang yang benar?” sinis ify.
“life must go on, fy. Kamu nggak mungkin terus-terusan nentang keputusan keluarga kamu. Suatu saat kamu pasti mengalah. Keputusan keluarga itu telak, kalo ngelawan, kita dosa. Kalau ngejalanin dengan terpaksa, kita juga dapet dosa. Mulai ikhlas aja. Pasti semua nya akan berujung indah.” Cakka tersenyum melihat tangis ify yang sudah berhenti.
“Makasih, kka, shill. Gue nggak tau apa jadinya tanpa kalian.”
“Ya, itulah gunanya sahabat.” Cakka mengacak-acak rambut ify.
Seketika jantung shilla mencelos. Kata-kata itu lagi. batinnya pedih.
“Cakka! Rusak, tau!”
“Kamu udah cukup berantakan karena nangis, jadi aku tambahin aja.”
“Udah, jangan kaya anak kecil. Dua jam lagi acara mulai, kita harus siap-siap.” Ujar Shilla menengahi.
“Siap, bu guru...” koor ify dan cakka sambil cekikikan.
**__**
Part 6 sudah di possstt!!!
Jangan lupa commentnyaaaaa (:
@achaDG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar