24 Juli 2013

TRAP [12]

12. Rahasia Rio


Rio tersenyum lega, masa hukumannya sudah berakhir. Ia sudah duduk kembali didalam mobil kesayangannya bersama Ify. Lagi-lagi ia harus melaksanakan tugasnya untuk mengantar-jemput ify. Apalagi saat kakek Ify menegurnya karena membiarkan Ify di antar pulang oleh cowok lain selain dirinya. Ntah sudah yang keberapa kalinya mereka berdua melewatkan perjalanan dengan diam. Hingga ponsel Rio berdering.

"Halo?"

"Dengan Mas Rio?"

"Iya, ada apa Suster Nova?"

"Mas Kiki, Mas. Dia...."

"Kumat lagi?"

"I..iya.."

"Yaudah, saya kesana sekarang."

Ify memperhatikan Rio dengan tatapan bertanya.

"Sory fy, hari ini kita bolos dulu. Ada hal yang lebih penting daripada sekolah."

IFy melotot. "Hey! Nggak bisa gitu dong. Kalo emang lo mau bolos, jangan ajak-ajak gue. Turunin gue di sekolah."

"Nggak keburu, Fy. Ini menyangkut hidup dan mati seseorang." 

"Alasan." cibir ify kesal.

"Please, sekali ini aja. Gue janji, ini yang pertama, sekaligus terakhir kalinya." ujar rio setengah berteriak, kesal.

Ify mendengus kesal. "yayaya, terserah."

Mobil Rio pun melaju kencang membelah kemacetan di Surabaya.


**__**


Sivia berlari kencang dengan napas terengah-engah, satu menit sebelum bel masuk berbunyi. 

"Huh!" Sivia mengelap keringatnya, lalu berjalan cepat menuju kelasnya. Tapi saat ia masuk kelas, kelasnya kosong. Tidak ada satupun tanda kehidupan disana. Dia berdiri dengan ekspresi kebingungan. Ini jam tujuh tepat. tapi dimana teman-temannya? Ini bukan hari libur, kan? Batin Sivia.

Suara langkah kaki mendekat, Sivia menoleh dan mendapati teman sekelasnya, Oik, memasuki kelas dengan tergesa-gesa.

"Kamu ngapain masih disini? Classmeeting udah di mulai di Aula Putih! Kamu, kan, ketua osis? kenapa nggak kesana?"

Mata Sivia membulat, lalu ia menepuk dahinya. "Astaga!"

Oik hanya mengedikkan bahu dan beranjak darisana. Sivia pun menaruh tasnya di bangku dan berlari menuju aula putih.

BRAAKKK

"Eh maaf, maaf. aku nggak sengaja." ujar Sivia sambil membungkuk.

Alvin meringis, seluruh minuman yang ia bawa terjatuh. Bahkan beberapa gelasnya sudah pecah berkeping-keping. "Ngg...gue sih gak papa. tapi..."

"Alvin? Sivia? Apa-apaan ini?" Tanya Bu Okky marah. "kalian bikin kotor rumput sekolah! oh, astaga! kalian!"

"ADUH BU ADUH.." Ringis sivia dan alvin karena bu Okky menjewer telinga mereka berdua.

"Kalian, bereskan ini. jangan sampai tersisa kotoran sedikit pun! kalo saya tau kalian meninggalkan tempat ini sebelum bersih, saya akan menskors kalian dari pelajaran saya selama satu semester!"

keduanya melotot. " Iya bu, iya." 


**__**


Rio terdiam di dalam mobilnya. Ia sudah berada didepan Rumah Sakit Jiwa Menur. Ify melongokkan kepalanya, lalu menyerngit. 

"ngapain di rsj? lo nggak gila, kan? ato obat lo abis, gitu? ato jangan-jangan lo mau ngirim gue ke rumah sakit jiwa? please, yo. gue masih waras!"

"bisa nggak sih lo diem?" ujar rio datar, tapi tajam.

ify berdecak. "yayaya suka-suka lo aja."

Rio memantapkan hatinya untuk keluar dari mobilnya dan masuk ke dalam rsj. "Lo mau ikut, apa disini?" tanya Rio sebelum ia benar-benar keluar dari mobil.

ify mengangkat bahunya, "gue ikut aja, deh."


dan mereka berdua sudah berada di depan kamar nomor 27. dengan papan bertuliskan Kiki Ekaputra H.

ify menyerngit. H? bisa berarti itu adalah Haling, marga keluarga Rio. tapi...kakek, maupun orang tua rio tidak bercerita tentang adanya Haling lain selain Rio dan Agni. jadi, dia siapa?

"Dia kakak gue." seolah bisa membaca fikiran ify, rio pun duduk pada bangku di hadangan pintu kamar kiki, dan ia mulai bercerita. "kakak gue yang cacat mental karena kesalahan bokap gue." rio menghela napas, berat. "tiga tahun lalu, saat kakak gue usianya 22 tahun, dia dipaksa buat bertanggung jawab atas kehamilan Adella. lo tau, kan, yang beritanya heboh itu?"

ify mengangguk. "Ehm, Adella Wibawa?"

"Tepat. anak seorang pengusaha yang lagi berjaya-berjayanya, hamil di luar nikah. karena kak Adella itu salah satu mantan kak Kiki, kak Kiki-lah yang di tuduh oleh keluarga kak Adella. sedangkan saat itu, kak Kiki udah punya kak Nandra yang lagi ngandung anak asli kak Kiki."

"..keluarga kak Adella mengancam keluarga gue. dan papa gue pun memaksa kak Kiki buat ceraiin kak Nandra. itu nggak mungkin. karena waktu itu kak Nandra baru hamil dua bulan. lalu bokap gue dengan kejinya nyuruh kak nandra untuk..."

"ngegugurin kandungannya?" tebak ify

rio mengangguk. "yah. dan kak kiki marah besar. untung saat itu kak nandra belum bener-bener menggugurkan kandungannya. mereka akhirnya kabur dari rumah."

"Terus?"

"Bokap ga diem aja. dia nyari kak kiki. dan ketika ketemu, dia ngancem bakal bikin kak nandra kenapa-kenapa, kalau kak kiki gak mau menikah sama kak adella. tapi kak kiki tetep kekeuh sama pendiriannya. dia gak akan tanggung jawab sama sesuatu yang bahkan bukan perbuatannya. sampai suatu malam, di depan matanya sendiri, kak kiki ngelihat seseorang ngebunuh kak nandra."

Ify melotot. tanpa sadar, sejak tadi menahan napas.

cerita rio terhenti ketika pintu kamar kiki terbuka, dan menampakkan sosok suster nova. baik rio mau pun ify sama-sama berdiri tegang.

"eh, Mas Rio sudah datang, ya. maaf, saya baru aja ngasih suntik ke mas kiki. biar bisa tenang. tadi....dia nemu pisau dan....dia menyilet tangannya lagi." ujar Suster Nova

wajah rio memucat. "terus? dia gak apa-apa, kan sus?"

"untung dia gak apa-apa. dia gak terlalu kehilangan banyak darah, karena ada perawat lain yang memergoki tindakan mas kiki tadi. sekarang, mas sudah boleh menjenguk mas kiki kedalam."

"makasih, ya sus. makasih. saya gak tau harus membalas dengan apa. terimakasih." rio sampai membungkuk berkali-kali.

ify melihat pemandangan itu dengan tatapan takjub. baru pertama kali ini dia melihat sosok rio yang berbeda dari biasanya.


**__**


sivia menatap rerumputan di hadapannya dengan lega. peluh membanjiri wajahnya. tak beda jauh dengan alvin. mereka sekarang terduduk di sebuah bangku tak jauh dari tkp(?)

"makanya kalo jalan hati-hati. cerobohnya ga ilang-ilang."

sivia mendengus, "ya kan aku lagi buru-buru. lagian udah minta maaf, udah bantuin bersihin juga."

"heh harusnya kan yang bantuin gue. secara gue gak salah tapi dengan suka rela bersihin rumput-rumput sialan itu."

"Ye, iya-iya. sory."

"eh lagian bu okky niat amat sih ngehukumnya? sekarang coba logika. jus apukat, es teh, jus mangga, jatuh ke rumput. bukan lantai, ya. rumput. dan dia nyuruh bersihin sampe bersih? itu guru sakit jiwa? ato gimana?"

sivia terbahak-bahak.

sejenak alvin merasa dunia berhenti saat itu juga. saat ia bisa melihat sivia tertawa terbahak-bahak karenanya. sungguh, rasanya sudah lama sekali. ia bahkan tidak bisa mengingat bagaimana tawa sivia karena leluconnya dulu.

"iya, tuh orang emang agak-agak. di kira gampang gitu ngelap rumput yang masih pendek-pendek itu sampe bersih? utung rumput plastik."

"tapi yang lebih bego kita, deh kayanya."

sivia menoleh, dan menyerngit. "maksud nya?"

"ya kita lebih bego. kenapa nurutin orang yang agak-agak gitu. "

sivia kembali tertawa. "seenggaknya kita gak durhaka sama guru."

"lah? gak durhaka? terus ngomongin guru gini namanya gak durhaka juga?"

"Mungkin...nggak?" sivia terkikik.

alvin geleng-geleng kepala. "dasar, gembul." gumamnya

"eh, aku denger ya vin,"

alvin meringis. "lo udah gak keberatan gue panggil gembul kaya dulu?"

sivia terdiam.

"via, maafin gue ya? gue emang salah di masa lalu. gue emang gak termaafkan. gue gak nyuruh lo lupain. gue cuma minta lo maafin gue, dan kasih gue kesempatan kedua buat memperbaiki semua."


Sadar sudah tak bisa mengelak, sivia pun mengangguk.

Semoga keputusan akukali ini tepat.

“be..beneran?”

“ya, kalo gak percaya yaudah. Aku bisa ta…”

“eitss! Gak gak. Bercanda. Makasih sivia!” Alvin mengacak-acakrambut sivia dengan gemas.

Muncul perasaan berdesir dari dalam hati sivia. Semoga kaliini Alvin benar-benar bertanggung jawab atas ucapannya.

**__**

Ify mengamati sosok pemuda yang sedang tertidur pulas diranjangnya. Mukanya pucat, matanya berkantung, tangannya di perban, tubuhnyakurus. Ify yakin, kalau Kiki sehat, ia akan tampak seperti rio versidewasa.  Ify melirik kearah rio yangduduk di sebelah ranjang kakaknya.

“lo tau? Lo adalah satu-satunya orang, selain kelurga gue,yang tau gimana keadaan kak kiki.”

“Pricilla?”

Rio tertawa tanpa selera. “lo fikir dia bakal terima kalogue kasih tau yang sebenernya?”

“yah, kalo di liat dari modelnya Pricilla, sih, gak lah ya.”

“itu juga lo tau.”

“eh bukannya lo orang terkenal? Kenapa gak ada yang tau samakondisi kakak lo?”

“bokap gue bohong sama media kalo kakak gue udah meninggalkarena perampokan yang menewaskan kak nandra itu.”

“segitu kejamnya kah bokap lo?”

“ntahlah. Gue juga gak percaya kalo itu kelakuannya bokap. Tapi…faktanyaemang gitu.”

“gue tau, berat nanggung semuanya. Tapi percaya, yo. Lo gaksendiri. Banyak orang yang lebih menderita dariapda lo. Lo harus tetep semangatbuat ngehadapin cobaan di hidup lo. Apapuun yang terjadi, smile!” ujar ifyriang sambil memamerkan gigi behelnya.

“cobaan hidup gue ya? Termasuk lo, dong?”

Ify terkekeh. “ya, gitulah.”

Rio tersenyum, :thanks.” Ujarnya tulus.

“buat?”

“kebawelan lo. Yah, lumayan bikin suasana hati gue membaik.”

“gue gak bawel, gue bijak.”

“lo bijak karena prihatin sama kak kiki yang kondisinya samakaya lo ya?”

Ify melotot. “enak aja! Lo kira gue gila?”

“emang”

“ye udah syukur gue kasih advice.”

“kan gue gak minta”

“eh kok lo nyebelin?”

“kok lo nyolot?”

“Mario!!”

“ya?”

“errggghh”

Tiba-tiba rio memeluk ify. “makasih. Makasih.”

“a…apaan…” kaget ify

“makasih. Gue bener-bener berterimakasih sama lo.”

Ify merasakan mukanya memanas, “i..itu kangunanya..te..men..” ujarnya terbata

Rio melepaskan pelukannya dan menatap ify tajam. “temen? Lo kantunangan gue.”

Ify melongo. “yo, gak mulai.”

“lo kan emang tunangan gue. Bukan temen,”

“rio, udah syukur lo gue anggep temen ya!”

Rio menatap ify geli. “oke, oke. Bercanda.”

Ify menghela napas. Nihcowok emang sedeng! Beberapa detik nyenengin, beberapa detik nyebelin.


 **__**

 hai hehehe maaf ngaret. nih udah rify kan hehe maaf gak memuaskan, boleh di kritik sesuka kalian asal gak denghan bahasa kasar aja(?) oke jangan lupa comment ya makasih makasih L)
@achaDG

Tidak ada komentar:

Posting Komentar