24 Juli 2013

TRAP [8]

8. Konser Kpop dan Dia.

“Untuk merayakan keberhasilan kita, walaupun openingnya nggak sesuai harapan.” Sivia terkekeh sambil membagikan somay kepada Ify, Cakka, Shilla, dan Alvin.

“Bu ketua baik banget, deh. Bangga banget punya ketua osis seperti anda.” Ujar alvin dramatis.

Sivia hanya menjitak kepala alvin dan kembali kepada sifat dinginnya. Alvin mendengus pasrah.

“Aku dapet tiket nonton Infinite World Tour , One Great Step hari Kamis besok. Tapi hari itu aku ada acara di Bandung. Ada yang mau gantiin?” Ujar Shilla sambil mengacungkan sebuah tiket gold.

“Aku nggak suka sama korea-korea gitu.” Jawab Sivia.

“Shill....lo gak lagi bercanda kan? Infinite world tour... di surabaya... serius?”

Shilla mengangguk. “Kalo mau,kamu bisa gantiin aku dateng ke konser itu. Lagian, aku juga nggak terlalu suka infinite, sih.”

“ASTAGA MAU BANGET SHILL MAU BANGET! Itu standing VIP?!?!”

“Iya. Nih, buat kamu.”

“Makasih shilla makasih makasih lo emang sahabat gue yang paaaling baik aaaa”

“Udah mulai gilanya deh,”alvin geleng-geleng.

“Ada acara apa di bandung, shill?”

“ehm, ada acara sama keluarga besar aku, kka.”

“Berapa lama?”

“Duh ilaaaah, belum juga di tinggal udah ada bau-bau kangen aja.” Cibir alvin yang sukses membuat cakka dan shilla salah tingkah.

**__**

“Pricilla bener-bener keluar dari sekolah ini?” bisik Dea pada Fatin.

“Yaiyalah, bayangin aja kalo kamu jadi dia, terus kebohongan kamu di ungkap disebuah festival besar sekolah. Sama pacar sendiri, lagi.”

“HEH!ngomong apa kalian barusan?!” bentak Febby didepan Dea dan Fatin.

Dea tersenyum sinis, “Kamu fikir, kita takut sama kamu? Setelah semua kebenaran terungkap, nggak ada alasan lagi buat takut sama kamu.pricilla, ataupun zevana. Kaliann kira kalian siapa? Genk anak pemilik sekolah? HAHAHA lucu. Bohong kok di pelihara.”

“Jaga ya omongan kamu!”

“Udah,febb, udah. Yang kaya gini nggak usah di ladenin.” Ujar Zevana menengahi.

“Tapi dia jelek-jelekin prissy didepan kita. Apa kita mau diem aja?! Prissy sahabat kita,ze! Apapun yg terjadi, dia tetap sahabat kita. Kita udah sahabatan sejak SMP. Cuma gara-gara ini, kita pecah? Gak. Gak bisa.”

“Wow. Betapa mengharukannya kisah persahabatan kalian.” Acha geleng-geleng kepala sok kagum.

“Ya, keren banget. Terharu dengernya.”

Seluruh kelas pun tertawa. Febby dan zevana menatap mereka semua penuh kebencian.

**__**

“Maaf nomor yang anda tuju sedang tidak aktif...”

“AARRGGHHH please aktifin hape lo priss... gue salah... maaf...” ujar Rio kalut.

“Menyesal sama apa yang kamu lakuin?” sinis febby tepat di sebelah Rio.

Rio menoleh kearahnya, sedetik kemudian ia melengos.

“Kamu jahat,mario. Cowok macam apa kamu ini? Katanya sayang. Cihh. Basi tau nggak.”

“Gak usah ikut campur urusan gue.”

“urusan kamu? Prissy sahabat kita!” bela Zevana. “Kamu kira kita gak hancur liat dia kaya gitu? Kamu nggak tau, gimana sayangnya pricilla ke kamu. Dan kamu hianatin dia, dengan tunangan sama cewek lain, sekaligus mempermalukan prissy di depan umum. Kamu loser.”

“Gue...”

“Aku gak akan ngizinin, sahabatku, prissy, punya pacar loser kaya kamu! Pengecut! Penghianat! Norak! Yuk,ze, cabut.”

Setelah kepergian zevana dan febby, rio membanting ponselnya kelantai. “KENAPA SEMUANYA KAYA GINI SIH?!?! Sialan!”

**__**

“Makasih.”

“sama-sama. Gue langsung pulang.” Ujar rio dingin.

Ify mengangguk. Lalu keluar dari mobil Rio.

Sejak kejadian kemarin, rio makin ngotot untuk mengantar jemput ify. Bahkan akhir-akhir ini rio selalu bergabung dengan Ify cs saat istirahat. Walaupun semuanya sadar, jiwa rio seperti tidak ada di dalam tubuh rio.

“maaf, yo.”

“Buat apa?”

“Kejadian kemarin. Prissy. Gara-gara gue...”

“itu salah dia sendiri. Gak akan ada abu kalo gak ada api. Lo gak usah khawatirin itu.”

“Gue tau lo sayang banget sama dia, yo. Sekesel apapun gue sama prissy, sejahat apapun dia sama gue, gue tetep merasa bersalah sama dia.”

“Nggak usah di bahas. Gue balik dulu.”

Ify mengangguk. Mobil  rio pun beranjak pergi dari rumah kakeknya.

“Kasian juga gue ngeliat Rio jadi murung gitu abis gak ada pricilla. Tapi...tunggu. apa peduli gue? Ngapain gue peduli sama mereka? Kayanya otak lo udah kegeser deh fy.” Ify bergidik ngeri dan segera masuk ke dalam kamarnya.

**__**

“Tiket, udah. Kamera, udah. Handphone, udah. Apalagi ya?” ify mengecek tasnya. “Udah nggak ada lagi. baiklah, malam ini, gue siap ketemu lo, Myungsoo Oppa.” Ujarnya tak karuan.

Setelah sampai di ballroom SSCC,jantung ify makin berdetak tak karuan. Mengingat selangkah lagi ia bisa melihat idolanya, yang jauh-jauh datang dari Korea. Teriakan disana-sini, menyebut nama biasnya masing-masing. Ify masih di tempatnya, mengantre untuk masuk kedalam venue.

Setelah bersabar mengantre selama setengah jam, ia berhasil juga masuk kedalam venue yang sudah di padati hampir ratusan orang tersebut. Setelah mengambil tempat yang pas, ia mulai mengeluarkan kamera pocketnya.

“Hai, boleh geser dikit nggak?”  ujar suara berat yang mau tak mau membuat ify mendongak.

“Eh? Iya..”

“Lo yang di toko buku itu kan? Terus yang kemaren jatuh di BRAV-FEST itu?”

Ify menyerngit, “kok lo bisa tau?”

“Gue Tristan...” ujarnya memperkenalkan diri.

“Gue ify. Waw, lo nonton konser kpop? Fanboy?”

Tristan menggeleng cepat. “Bukan. Gue lagi ngeliput acara ini aja, kok”

“Kalo fanboy ngaku aja kali mas, disini banyak fanboy juga, kok.” Ify terkekeh melihat ekspresi gugup dari Tristan.

Tristan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, “Ya... sebenernya emang lagi ngeliput... tapi juga suka sama mereka, sih” ujarnya sambil meringis.

Ify tertawa. “Nggak perlu gengsi... jadi fanboy kan nggak dosa.”

Ketika Tristan hendak menjawab, musik di dalam venue mulai berdentum. Teriakan histeris dimana-mana. Sebagian orang di standing vip ini melompat girang ketika member infinite satu persatu mulai memasuki venue.

“Sunggyu oppa!!!”

“Woohyun oppa!!”

“AAAA Hoya oppaaaa...”

“Dongwoo oppaaaa...”

“Sungjoong!! Sungyeol!!!”

Dan teriakan paling keras jatuh pada sosok ganteng yang memasuki venue paling akhir. “KIM MYUNGSOO!!!!”

Ify histeris sendiri melihat idolanya mulai memamerkan senyum khasnya. Hingga tanpa sadar, jaraknya dengan Tristan hanyalah satu jengkal jari saja. Tristan yang awalnya jaim pun mulai mengikuti seruan para gadis disekelilingnya.

Ify terkekeh diam-diam melihat ekspresi Tristan yang berbinar. Ntah mengapa, ia ingin waktu berhenti sekarang juga. Ketika jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ketika ia melihat Tristan tersenyum.

Seperti lagu pembuka yang dinyanyikan infinite, 60 seconds. Ya,60 detik waktu yang di perlukan untuk menyukai seseorang.

**__**

“Kamu bikin keributan apa kemarin?” tanya zeth haling ketika Rio duduk di meja makan.

“Nggak ada apa-apa, pa.”

“Papa denger. Aksi kamu buat membela putri keluarga umari kemarin benar-benar membuat semua orang takjub. Papa bangga, kamu melaksanakan tugas kamu dengan baik.”

Rio menghela napasnya. Tetap diam.

“Kamu harus berhasil bikin dia jatuh cinta sama kamu. Cuma kamu harapan keluarga ini. Perusahaan haling. Kalo kamu memang sayang sama keluarga kamu, kamu harus ngelakuin apa yang papa suruh.”

“ya, pa.” Balas Rio malas.

“Terus, gimana? Kamu sama pacar kamu udah putus?”

Rio tersedak mendengarnya, “Udah, pa.”

“Oke... bagus.”

Tiba-tiba, selera makan Rio menghilang.

**__**

“Konsernya seru banget. Nggak nyangka bisa ngelihat langsung member-member infinite. Aaaaa myungsoo oppa... kalo aja ada fanmeetingnya. Gue bawa deh buku nya myungppa, terus minta sign.”

Tristan terkekeh. “Yang seru, tuh, karena konser ini, gue bisa ketemu lagi sama lo.”

Ify yang sedang minum pun langsung menoleh kearah Tristan. “Maksud...lo?”

“Gue seneng bisa ketemu lagi sama lo. Tau nggak, di awal pertemuan kita, gue udah suka sama lo. Tapi gue berusaha nggak nyari informasi apa-apa dari lo, karena gue yakin, kalo emang jodoh, kita bakal ketemu lagi...” tristan tersenyum. “...terus, kita ketemu di BRAV-FEST.awalnya gue gak yakin itu lo. Tapi setelah gue perhatiin. Ternyata itu bener-bener lo. Sayangnya lo lagi kacau banget hari itu, right?”

Ify mengangguk. “Ya, gitudeh.”

“Dan ternyata... kita ketemu lagi disini. Apa kita bener-bener jodoh, ya?”

“percaya aja sama jodoh. Masih kecil juga. Masih SMA. Mana mungkin jodoh dateng secepet itu?” ujar ify berusaha melawak, menghilangkan rasa saltingnya.

“Nggak ada salahnya kalo kita percaya sama jodoh. Buktinya, tiga kali kita ketemu  tanpa sengaja.”

Tiba-tiba ponsel ify berbunyi.

“Halo , kek?”

“Kamu ini dimana, sih? Udah jam 12 malem. Kok belum pulang. Keluyuran kemana kamu. Hah?”

“Eee...ify lagi sama rio, kek.”

“Bener sama rio?”

“Iya.. udah, lah. Abis ini ify pulang. “

“awas aja kalo kamu bohong. Kalo sampe kamu pulang nggak sama rio, nggak ada uang jajan selama seminggu!”

“lah... yah kakek.. iya iya.. ify pulang sekarang.”

Ify memutuskan sambungan telfonnya. Lalu mendengus kesal.

“kenapa fy?”

“Eh, itu...kakek gue udah nyariin...”

“mau gue anter pulang?”

“Nggak.. nggak usah. Gue pulang sama sepupu gue aja...”

“bener nggak usah?”

Ify mengangguk.

“Yaudah, gue tunggu sampe sepupu lo jemput ya?”

“Makasih tris...”

Dengan gerakan kilat, ify segera mengetik SMS ke rio. Berharap rio belum tidur dan bersedia untuk menjemputnya.

**__**

Ify : Bs tlg jemput gue ga? Gue di SSCC. Gue gak boleh pulang kl gak sama lo. Please ya lo jemput gue.

Rio melotot. Lalu melihat kearah jam dindingnya. “Tuh cewek gila? Jam dua belas malem? Dan masih kelayapan?! Astaga!!” Rio segera menyambar jaketnya dan mengambil kunci mobilnya.

“Kamu mau kemana??” tanya zeth haling di ruang tamu.

“Mau jemput ify, pa.”

“Malem malem gini?”

“Iya, dia minta di jemput. Yaudah, rio duluan ya pa.”

“Abis anter ify langsung pulang...”

Rio hanya mengangguk dan beranjak dari sana.

**__**

Mobil rio memasuki pelataran parkir SSCC, lalu ia mengklakson mobinya saat melihat ify duduk tak jauh dari mobilnya berjalan. Tapi ...tunggu... sama cowok?

“;Itu sepupu gue udah jemput... makasih udah nemenin gue, ya.”

“Sama-sama...”

“kalo gitu... gue duluan...” ify tersenyum dan melambaikan tangannya.

“Tunggu!”

Ify berbalik. Tiba-tiba tristan mendekatinya dan memberikan ponselnya pada ify. “Boleh minta nomor hape lo?”

Ify terkekeh. “Boleh.” Setelah mengetikkan sederet nomor yang ia hafal di luar kepala, ia pun beranjak pergi darisana.


========


maaf belum sempet tag lagi. numpang on bentar soalnya hehehe.
comment jangan lupaaaa. kalomisal ceritanya tambah ancur boleh di kritik kok(?)
makasihhhh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar