2. Exchange Student From Singapura
ify berada di tengah lapangan, sekarang adalah jam olahraga, dan dia benar-benar benci pelajaran itu. Melebih apapun didunia. Ify hanya memandang malas pada bola basket yang sedang dipermainkan oleh beberapa temannya. Ia hanya berdiri di sudut lapangan bersama Shilla.
“lo nggak ikut main?”
Shilla menggeleng, “aku nggak bisa olahraga.”
“nggak bisa, apa gak suka?”
Shilla meringis. “dua-duanya..”
“Gue benci olahraga.”
“kenapa?”
Ify memandang lagi kearah teman-temannya yang lain, yang asyik dengan bola di tangan mereka. “bola itu pernah bikin gue mimisan sampe pingsan.”
“Kok... bisa?”
“hahaha kejadiannya konyol. Gue malu nyeritainnya,”
“nggak apa-apa, cerita aja...”
“jadi gini.......”
********)))*********
“Vin oper bolanya!” teriak Patton
Alvin menendang bola tersebut, mengoper kearah Patton. Dan karena patton seorang penyerang yang hebat, ia melambungkan bolanya terlalu tinggi.
“fy, ini bagus ya. Gimana kalo bunga ini aja buat praktek?”
Ify mengangguk setuju. Saat berbalik, tiba-tiba sebuah bola mengenai pelipis kepalanya. Ify yang masih berada di kelas 5 SD pun berlari kekelasnya dan menangis disana. Menelungkupkan wajahnya pada bangku. Tiba-tiba alvin menghampiri ify, dan mengangkat wajah ify.
“Astaga fy!! Wajah kamu!! Hidung kamu berdarah!! Wajah kamu merah semua!!”
Ify melotot lalu tiba-tiba pandangannya semakin kabur. Ia hanya bisa mendengar suara alvin memanggil-manggil namanya.
******(((*******
“Alvin? Anak Bahasa itu? Yang temennya....rio?” tanya shilla ragu.
Ify mengangguk. “Ya, dia temen gue dari kecil. Rumah kita yang di Jakarta dulu satu blok, dan pas SMA dia pindah kesini. Gue baru pindah setahun kemudian. Dan nggak taunya ketemu lagi disini.”
“mereka, kan, dingin banget sama cewek. Sama kamu enggak, ya? Beruntung banget,”
“ya ampun, apaan, sih? Lo suka sama mereka?”
“hah? Eng..enggak..kok” gagap Shilla. “Udah, yuk, kita kesana. Ntar bisa di marahin Pak Duta gara-gara Cuma berdiri doang disini.” Shilla menarik tangan ify ke tengah lapangan. Ify hanya pasrah di tarik shilla seperti itu.
**__**
“Ify cantik, ya, yo?” ujar Alvin sambil duduk di angkringan, sebuah tempat di kantin yang duduknya di bawah pohon.
“Ify, siapa?” tanya rio tak acuh sambil membuka chitatonya
“Ify yang kemaren kenalan di kantin itu.”
“Ooh.. biasa aja.”
“dih mata lo perlu di periksa.”
“apaan, sih? Gue bilang biasa aja, ya biasa aja. Mau gimana lagi?”
“ya, ya, ya. Bagi lo yang cantik, kan, emang Pricilla.”
“you know my answer, Alvin.”
“Sampai kapan lo tahan pacaran sama cewek kaya dia? Yang Cuma ada butuhnya doang ke lo? Lo beneran cinta, sayang sama dia? Lo Cuma di manfaatin, mario.”
“Gue ga peduli. Yang jelas gue sayang sama dia. Gue cinta sama dia. Dia cinta pertama gue. Obsesi gue dari pertama kali gue masuk SMP. Dia hidup gue. Dia passion gue.”
“gila lo, bener-bener deh.” Alvin geleng-geleng kepala melihat sahabatnya yang anti-cewek itu bisa sebegitu cintanya dengan gadis matre yang...yah−lumayan cantik.
“Alvin, kamu dipanggil sama bu Risa. Kita akan ada rapat osis hari ini jam sepuluh,” ujar Sivia sambil memberi selembar kertas pada alvin.
“Siap, ketua!” alvin memberi hormat, membuat sivia terkekeh.
“Lo suka sama dia?” tanya Rio setelah sivia menghilang darisana.
Alvin mengangkat bahunya, “Ntahlah. Lo tau sendiri gue nggak gampang suka sama cewek,”
“Kalo sama ify?”
“Itu, sih, beda kasus. Gue sama dia udah sahabatan dari kecil. Udah tau busuknya dia, dia juga udah tau busuknya gue. Jadi......gue gak bakal pacarin dia.”
“Biasanya, persahabatan antara cowok dan cewek tuh nggak bakalan ada yang bener-bener pure sahabatan. As far i know, one of both can falling love with each other.”
Alvin menyerngit, “sejak kapan lo komentarin persahabatan orang lain?” tiba-tiba sebuah seringai nakal muncul di wajahnya.
Rio terdiam. Iya,ya? Buat apa gue peduli. Bukan gue banget. “Tau, ah. Ayo balik, lo di panggil mami kesayangan lo, tuh.”
Alvin menjitak kepala rio. “Sialan.”
**__**
Pricilla dan Zevana berulang kali mencuri pandang kearah lapangan, memperhatikan seseorang yang sejak kemarin membuat mereka kesal, sekaligus penasaran.
“dia bego banget olahraganya, pris. Untung nggak masuk cheers,”
“ya, tapi gue masih berasa ada yang aneh dari dia. Nggak ada yang berani nantang gue, secara, semua orang tau gue anak pemilik yayasan. Kenapa dia berani banget sama gue?!” kesal Pricilla.
Zevana mengangkat bahu. “Mungkin dia belum tau., buktinya setelah dia tau, nyalinya langsung ciut dan dia balik ke bangkunya sama cewek cupu itu, kan?”
“Iyasih, tapi sama aja... arrgghhh tau deh. Tuh anak ngeselin. Perlu di kasih pelajaran...”
“apa lo se pemikiran sama gue?” tanya zevana dengan senyum licik mengembang di wajahnya.
Pricilla mengangguk. “jangan sekolah disini kalo ngga mau berurusan sama gue, pricilla agatha...” ujarnya lirih sambil berlalu dari kelasnya, diikuti zevana.
**__**
“lo tau? Gue tadi malu-maluin banget di lapangan.” Ify berjalan menuju kelasnya yang berada di kelasnya bersama shilla.
Shilla menggeleng. “aku juga malu-maluin, kok. Udah, lah. Kamu nggak separah yang dibayangin. Kamu selevel lebih tinggi daripada aku di bidang olahraga.”
“lo lumayan, lari kenceng, lah gue? Boro-boro. Nangkep bola aja nggak bisa.”
“excuse me,”
Ify dan shilla menghentikan langkahnya, melihat seorang pemuda berkulit putih dengan headphone yang menggantung di lehernya.
“ya? Ada yang bisa kami bantu?” tanya ify
“erh, saya murid exchange dari Singapore. Nama saya Cakka Kawekas, kebetulan saya masuk ke kelas XI IPA 1,can you both tell me where is the class?” ujarnya dengan bahasa indonesia yang terbata-bata.
“shill, lo tau kan? Gue nggak,”
Shilla terkekeh. “follow me,”
Mereka berdua pun mengikuti langkah Shilla ke kelas yang di maksud.
**__**
“hai fy, ngapai disini?” tanya Sivia menyambut kedatangan ify beserta shilla dan cakka.
“nih, gue nganterin exhange student.” Ify melirik kearah cakka
“ah, iya, mrs. Anita told me last day. Welcome to our school, by the way.”
“Thanks, whats your name?”
“I’m ify. This is shilla. We are from eleven social two. And now we must go back. Haha goodbye, nice to meet you cakka.”
“nice to meet you too, shilla, ify. Thanks for your help.”
“dont mention it,” ify dan shilla berpamitan pada sivia, lalu beranjak darisana.
“im sivia, and we will on the same class. Welcome!”
Cakka mengangguk-angguk dan masuk ke kelasnya.
**__**
“sialan! Baju gue kok jadi kaya gini!!!” pekik ify kaget melihat seragamnya yang sudah terbelah menjadi dua.
“i...itu pasti kelakuan Pricilla and the genk... kamu kemarin pake ngelawan dia, sih.”
“oh, jadi gini, cara main anak pemilik yayasan itu?! Hah. Dia kira dia siapa?!?! Sok berkuasa! Dia kan gak tau kalo....” ify terdiam. Nggak, gue nggak boleh bilang siapa gue sebenernya.
“kalo kenapa, fy?”
“nggak. Lupakan. Gue perlu bikin perhitungan sama mereka. Kurang ajar! Ini seragam baru! Bagus, lagi!”
Ify menatap nanar pada kemeja cream-nya yang sudah terbelah jadi dua, dengan rompi hitam yang juga terbelah jadi dua, untung roknya masih utuh.
“udah, kamu jangan cari gara-gara lagi. kasian kamu kalo nanti mereka makin ngebully kamu..”
“tapi kalo nggak di kasih pelajaran, mereka gak akan kapok, shilla. Sekali-kali mereka juga harus tau gimana rasanya di kerjain!”
“aku nggak ikut-ikut, ya. Udah cukup kenyang berurusan sama mereka.”
“nggak, lo harus ikut. Lo harus ngebales apa yang mereka lakuin buat lo dulu. Ayo, ikut gue.”
“fy... ify... aku nggak beraniiii!!” shilla mendengus saat ify sudah menarik tangannya ke kelas Pricilla yang tepat berada di hadapan kelasnya.
‘HEH!!” ify menggebrak meja Pricilla. Pricilla dan zevana kaget, mereka menatap ify dengan pandangan kesal sekaligus menang.
“Apa lo? Dateng-dateng gebrak meja orang. Di kira ini meja punya kakek lo apa!”
Ify melempar seragamnya yang sudah tak berbentuk seragam itu ke wajah Pricilla. “jangan karena lo anak pemilik yayasan, lo bisa seenaknya, ya!” ujar ify penuh penekanan.
“lo kurang ajar! Lo kira gue yang ngelakuin ini ke lo?!?! Kurang kerjaan banget gue!”
“ter..nyata... ka..kamu... selain sok.. pengecut juga...” lirih shilla di belakang ify
“apaa?!?!? Pengecut?!! Lo ngomongin diri lo sendiri?!?”
Shilla melirik kearah Pricilla. “aku ngomong sama kamu! Kamu pengecut! Nggak mau mengakui kesalahan kamu sendiri. Cuma menggunakan titel kebanggaan kamu itu, si anak pemilik yayasan.” Sinisnya.
“heh berani lo ya sama kita sekarang!” suara zeva meninggi. Dia sampai bangkit dari duduknya.
“kenapa nggak? Kita sama-sama makan nasi. Sama-sama manusia. Sama-sama sekolah di tempat yang sama. Kalo kamu merasa kamu anak pemilik yayasan yang nggak butuh belajar, nggak butuh sekolah, nggak butuh temen, ya nggak usah sekolah. Kamu bisa ,kan, home schooling aja? Nggak perlu dnegan cara nampang sok berkuasa di sekolah ini.”
“Lo kurang ajar ya sekarang!” Saat tangan Pricilla hendak melayangkan tamparan, tangan ify mencekalnya dan menguncinya hingga Pricilla mengumpat kesakitan. Dan cueknya, ify meninggalkan TKP bersama Shilla dengan senyum mengembang di wajahnya.
“bagus, shill. Lo harus berani kalo di lawan. Gitu seharusnya.”
“a...aku...nggak tau kenapa tiba-tiba kata=kata itu keluar...ma.makasih ya fy...”
“harusnya, lo berterima kasih sama diri lo sendiri...”
Shilla tersenyum. Baru kali ini ia merasakan benar-benar punya teman.
**__**
“Ify pulang...” ify melangkahkan kakinya masuk ke kediaman kakeknya.
Tak jauh dari sekolahnya, arsitekturnya pun hampir sama. Rumah kakek ify bertingkat tiga, dengan delapan kamar tidur dan kamar mandi di setiap ruangannya. Dua kamar tidur utama, dan enam kamar tidur tamu.
Dapur dan ruang makan ada di lantai dua. Ruang TV dan ruang tamu ada di lantai satu. Rumah ini begitu megah, banyak pembantu,supir dan tukang kebun yang ramah. Tapi tetap saja, semuanya berasa sepi. Kakeknya sendiri jarang di rumah. Ia lebih suka menghabiskan waktu di rumah kecilnya dulu bersama almarhum nenek, di bilangan Keputih.
Ify menatap langit-langit kamarnya. Ia masih mengingat jelas saat ia memaksa dan memohon pada kakeknya agar identitas aslinya tidak di ketahui oleh teman-temannya yang lain. Ia tak suka berteman dengan orang yang menganggapnya sebagai anak pemilik yayasan yang bisa di manfaatkan. Akhirnya kakek Samuel mengalah dan membiarkan ify memutuskan sendiri bagaimana hidupnya di Surabaya.
Tok tok..
“masuk...” ify melepas sepatunya. Tiba-tiba sang Kakek muncul.
“ka..kek? tumben...”
“kakek Cuma mau kasih tau. Lusa, kosongkan jadwal kamu. Kakek akan bawa kamu ke suatu tempat. Ingat, jangan pakai jeans, jangan pakai sneakers butut kamu. Kakek udah siapin di lemari. Sampai ketemu dua hari lagi.”
Ify melongo. Sedikit tak terima sneakers kesayangannya di berinama dengan ‘sneakers butut’. Kakeknya memang menyebalkan! Dan itulah yang membuatnya malas tinggal di Surabaya.
Ify pun membuka lemarinya dan betapa terkejutnya ia melihat sebuah dress berwarna silver di lemarinya. Sangat indah. Lalu wedges berwarna senada di bawahnya. Ify mendengus. Pasti lusa akan ada sesuatu yang besar. Itu berarti... BENCANA...
=======____=======
Gimana part duanya? Nggak jelas? Hehhee maaf belum bisa tag, belum sempet ngetag.
Tapi udah lanjut.... gak ngaret kan... semoga aja nggak kaya KMA yang sampe bertahun2 ngaretnya... wkwkkw
Jangan lupa comment nya di tunggu...
Muchluv @achaDG
Tidak ada komentar:
Posting Komentar