24 Juli 2013

TRAP [14]

14. Goodbye, Hello.


“Hai, gak nyangka bisa ketemu disini.” Ujar tristan.

“H..ai.” Gugup ify

“Apa kabar?”

“Kabar baik.”

“Ini....tunangan lo?”

Ify mengangguk. “Ya, dia tunangan gue.”

“Selamet ya kalian berdua.”

“Tris....gue...”

“Sori, gue gak ada maksud ngerebut dia.” Ujar rio tiba-tiba. “Kalo lo sayang sama ify, coba pertahanin perasaan lo itu. Pertahanin ify. Gue gak akan nonjok lo atau apa, karena dari awal, pertunangan ini Cuma status, bukan masalah hati dan perasaan. Lo bisa milikin dia, gue gak akan ngelarang. Apalagi....kalau lo bisa ngeyakinin kakeknya ify dan keluarga gue buat ngehentiin pertunangan ini. Gue akan sangat berterima kasih sama lo.”

Ify melotot. “Yo lo gila..” desisnya

“Walaupun gue sayang sama dia. Tapi gue akan berusaha rebut dia sendiri dari lo. Gue gak terima pemberian Cuma-Cuma dari lo. Gue-bisa-sendiri-buat-ngerebut-ify-dari-lo.” Ujar tristan tajam

Rio bedecak. “Silahkan. Lo udah sia-siain penawaran gue.”

Ify melotot. “Sorry, gue duluan ya Tris.” Dan ia menyeret tangan Rio agar menjauh darisana.

“Lihat aja nanti. Gak semudah itu lo bisa milikin ify.”

**__**

Setelah sampai dirumah, baik ify maupun rio dimarahi habis-habisan oleh kedua orang tuanya. Ify mendengus sebal karena kakeknya memberitahukan orangtuanya perihal bolos hari itu. Mamanya memarahi ify dan melarang ify untuk keluar rumah beberapa hari ini. Bahkan kakeknya turun tangan langsung untuk mengantar jemput ify.

Begitu juga Rio, mobilnya kembali di sita. Dan sudah berhari-hari ia berangkat pulang bersama Alvin.

“Lesu amat lo yo, kenapa?” tanya Agni melihat wajah sepupunya itu.

“Biasa, kaya gatau bokap gue aja.”

Agni mengangguk-angguk mengerti. “Yo, lo kenal cakka?”

“Cakka? Yang mana?”

Agni berdecak, “Yang biasanya bareng sama cewek lo, si ify, itu loh cowok dari kelasnya sivia.”

“Oh dia, iya gue tau . kenapa?”

“cakep ya,” Agni terkekeh

“cih, biasa aja”

“bilang aja lo iri,” cibirnya

“Gak lah. Ngapain juga”

“bikin gue sama dia deket dong”

Rio melotot “Hah? Gak! lo serem kalo deket sama cowok! Sebentar-bentar senyum-senyum sebentar-sebentar nangis. Sebentar-sebentar galau. Sebentar-sebentar ketawa. Gila lo lama-lama.”

“hah? Gak lah lo tuh yang gila mana pernah gue kaya gitu”

“gak inget? Dulu pas sama irsyad?”

Muka agni memerah, “Gak usah diingetin!”

Rio terkikik “gak bisa. Tampang lo tuh...sok-sokan jadi playgirl tapi pas mutusin cowok sendiri mewek. Hahahaha”tawa rio meeldak

“Rio!! Awas lo!”

“Gak takut..” rio memeletkan lidahnya. “Lagian ngapain sih soksokan  naksir dia. Dia kan Cuma exchange student. Bentar lagi juga balik ke negara asalnya.”

“Yah tapi kan apa susahnya sih bantuin gue deket sama dia?”

“susah! Karena lo tuh gak kaya cewek kebanyakan. Aneh!”

“aneh?!?! Sini, bilang lagi...” Agni menjewer telinga Rio

“Eh ampuuun mana mau dia sama cewek galak kaya lo”

“Marioooo!!!!”

**__**

“Lusa aku balik ke spore,”

Shilla, sivia, ify melotot. “APA?”

“Aku disini kan udah selesai. Nanti kalau aku udah nyelesaiin study disana, aku bakal balik ke indonesia lagi, kok. Fyi,” Cakka terkekeh

“Tapi kan masih lama,” ujar ify sedih. Diangguki sivia

“Sebentar kok. Im promise, ill be back.”

Shilla tersenyum kecut. Jadi inikah akhir dari perasaan suka sepihaknya? Ia bahkan belum bisa mengakrabkan diri dengan cakka seperti sivia dan ify. Ia bahkan baru menikmati hari-harinya bersama cakka. Ia bahkan baru ingin mulai mengenal cakka lebih dalam. Tapi...

Agni.

Andai saat itu agni tidak mengancamnya, ia pasti sudah bisa akrab dengan cakka. Lagipula ia juga merasa tak pantas menyukai cowok seganteng cakka.

“Akhir-akhir ini lo hobi ngelamun deh shill. Ada apa?” tanya ify ketika melihat shilla hanya diam tak menggubris cakka

“eh? Apa?”

“lo, kenapa hobi ngelamun sekarang?”

Shilla mengangguk ragu, “Gak, kok fy. “
“bohong. Kenapa ngerahasiain masalah lo sendiri? Lo bisa kok cerita sama kita”

“Iya, shill. Kita kan sahabat. Saling berbagi. Siapa tau kita bisa nyari jalan keluar dari masalah kamu” timpal sivia

“Gak apa-apa, kok. Aku gak apa-apa. Beneran, deh. “

Cakka tersenyum sekilas. “Yaudah, buat merayakan kepulangan gue ke spore, alias pesta perpisahan, pesen apa yang kalian mau. I’ll pay it.”

“Serius? Apa aja?”

Cakka mengangguk.

Sivia dan Ify tersenyum lebar.

Shilla menghela napas, kok lama-lama aku merasa kalau aku disini kaya kasat mata, ya? Apa emang dari awal mereka basa-basi sama aku? Shilla tertawa sinis dalam hati. Yaiyalah shill, siapa sih yang mau temenan sama cewek jelek kaya kamu?

**__**

Rio menatap kertas di hadapannya. Ayahnya benar, perusahaan Haling sedang dalam krisis moneter. Jika tidak segera di tangani, ayahnya bisa benar-benar bangkrut.

Ayahnya berdehem. “kamu sudah liat sendiri kan perusahaan sudah di ambang batas kehancuran?”

Rio mengangguk.

“Gimana kamu sama ify?”

“Gak gimana-mana.”

“Kamu harus ngerayu dia buat segera nyatuin perusahaan keluarganya kepada kita. Kalau dalam waktu empat bulan kamu belum bisa, perusahaan papa benar-benar akan hancur. Kamu tau akibatnya kan?”

“Iya, pa.”

“Bagus. Kapan ujian kenaikan kelas kamu?”

“Dua bulan lagi, Pa.”

“Papa dengar ify lumayan pinter. Kamu bisa deketin dia dengan belajar bareng. Kalian satu jurusan kan?”

Rio mengangguk lagi.

“pura-puralah bodoh di depan dia. Papa tau, kamu bisa bikin perusahaan papa selamat. Karena kamu anak satu-satunya keluarga Haling.”

Rio tersenyum kecut. Satu-satunya? Terus papa taruh mana kak Kiki? Apa segitunya kah papa benci kak Kiki? Itu juga karena kesalahan papa sendiri! Kak kiki seperti itu karena papa, remember?!

**__**

Oneul geudael dashi bol sooman iddamyuhn, geuruhl soo iddamyuhn, doraomyuhn…. Hanbuhnman ne gyuhte jamdeul soo iddamyuhn, geuruhl soo iddamyuhn… Geudaero ggaeji anhko shipuh Jami deul soo iddamyuhn….
+ +
If I could only see you again today, if I could do it again, if you came back again…. If you slept by my side just once more, if it happened again… I wouldn’t want to wake up If I could fall sleep…

n  Super Junior – In My Dream

Sivia dan Ify memeluk cakka erat setibanya mereka berdua di bandara.

“Jaga diri baik-baik ya Kka. Well be miss you.” Ujar ify dengan mata berkaca-kaca.

Cakka mengangguk. “Kalian juga, take care, ya. Oiya, mana Shilla?”

“Shilla gak bisa ikut, katanya ada acara.”

“Oh.” Cakka menghela napas, sedih.

“Take off jam berpa, sih?”

“Satu jam lagi.”

“Duh, gak ada lagi cowok keren di sekolah kita, ya gak vi?” ify terkekeh

Sivia mengangguk. “Cepet balik ya. Gue pegang janji lo.”

Cakka mengacak-acak rambut sivia dan ify bergantian. “Oke boss!”

“Gak usah bikin rambut gue berantakan juga kali kka, “  gerutu ify pura-pura kesal.

Cakka dan sivia tertawa.


Sedangkan dari jauh, shilla menatap pemandangan itu sesak. Dia masih ingin melihat cakka tertawa seperti itu. Dia masih ingin mendengar cara cakka menyebut namanya. Dia masih ingin berada di samping cakka. Masih ingin. Ingin. Dan sangat ingin...

Ia memutuskan untuk pergi. Ini Cuma perpisahan. Semua orang di hidup aku kan datang dan pergi sesuka hati mereka. Udah biasa, kan, shill? Kamu harus bisa tersenyum buat hari kedepannya. Karena gak Cuma hari ini kamu akan ngerasain perpisahan. Besok. Mungkin besoknya lagi. Atau seminggu lagi. atau sebulan lagi. atau setahun lagi. kamu akan ngerasain ini lagi. di tinggal. Hahahaha udah biasa.

Goodbye, Cakka.

**__**
Seorang cowok tersenyum lebar begitu menginjakkan kakinya di kampung halamannya. “Im back! Im back!” serunya dalam hati senang.

Tapi senyum lebarnya pudar ketika melihat seseorang di hadapannya.

Ibunya.

“Gabriel?” panggil ibunya.

Gabriel tak menyahut.

“Akhirnya kamu pulang juga, yel. Mama kangen sama kamu, kamu tambah kurus? Makan apa kamu disana? Gak kelaparan kan? Atau kamu sakit?” khawatirnya.

Gabriel menepis tangan ibunya yang sudah terulur. “Jangan sentuh saya.”

“Ga..bri..el..”

“Anda kira, tinggal di singapore hampir tiga bulan membuat saya bisa menerima kehadiran anda? Jangan bermimpi. anda terlalu berharap dari saya. Karena di singapore sama sekali tidak diajarkan cara untuk menerima kehadiran wanita simpanan yang tiba-tiba tinggal di rumah saya sehari setelah ibu kandung saya meninggal.” Desis gabriel tajam.

“Iel...”

Gabriel tak mengacuhkannya. Ia berjalan dan menyetop taksi. Fikirannya berkecamuk. Ia sedikit menyesali kepulangannya ke Surabaya. Tapi, jika ia tidak pulang, ia makin tersiksa dengan perasaan rindunya pada gadis itu. Ya, gadis itu.

Gabriel  membayangkan wajah gadis itu. Apa ya reaksinya ketika gue tiba-tiba ada di hadapannya? Gabriel  terkekeh sendiri membayangkannya. Pasti dia bakal marah besar sama gue. Gak papa, gue terima. Lagian gue kangen lihat dia cemberut.

**__**
Sivia melotot melihat seseorang dihadapannya.

Ibunya terkapar dengan wajah lebam. Ia nyaris menjerit ketika tiba-tiba ayahnya mendorongnya untuk masuk kamar.

“Kamu masuk! Belajar! Selesaiin sekolah kamu secepatnya dan ikut ayah keluar dari rumah ini!”

“Gak! gak akan! Sivia gak akan ikut ayah!” tegasnya dengan mata berkilat-kilat menahan amarah.

“Sivia!”

“Sivia gak mau punya ayah tukang mabuk dan punya banyak wanita di luar sana. Sivia gak mau ikut sama seseorang yang gak bisa diberi tanggung jawab!”

PLAAAKKK

Sivia meringis mendapat tamparan dari ayahnya. Pipinya bahkan berdenyut-denyut.

“Cukup yah, cukup. Jangan sakitin sivia. Apa kurang kamu menyakiti aku?”lirih ibunya berusaha bangun.

“Hah! Pasti kamu yang ngajarin sivia jadi gak punya sopan santun gini!”

“Ayah gak sadar? Bukannya ayah yang ngajarin sivia?” sinis sivia.

“SIVIAAA!!!”

“Silahkan! Pukul sivia sepuas hati ayah! Tampar yah, tampar! Sivia bisa kok laporin ayah ke polisi! Biar ayah di penjara seumur hidup. Biar ayah gak nyusahin ibu dan sivia lagi!”

Ayahnya menggeram penuh emosi dan membanting vas di hadapannya.

PRAANGGGGG

“Kurang ajar!!!!” ia mengacak-acak rambutnya frustasi. Lalu keluar dari rumah mungil sivia.

“Bu, ibu gak apa-apa kan?” tanya sivia cemas menghampiri ibunya.

PLAAAKK

Sivia mematung di tempatnya. Tak mempedulikan rasa nyeri yang ada di pipinya. Ibunya menamparnya. Benar kah itu? Atau Cuma perasaannya saja?

“Lihat apa yang kamu perbuat! Semua jadi  makin runyam! Jangan jadi pahlawan, kalau kamu gak tau apa yang kamu hadapi.” Bentak ibunya.

Sivia mencelos. Lalu tertawa sinis. “Oke! Urusin aja hidup ibu sendiri! Jangan harap sivia juga mau ikut sama ibu!”

Lalu sivia masuk kedalam kamarnya. Fikirannya kacau saat ini. Ia hanya ingin pergi sejauh-jauhnya dari kedua orangtuanya yang benar-benar tak punya rasa kemanusiaan. Tapi Cuma nama alvin yang muncul di otaknya.

Tau-tau, telfon sudah tersambung pada alvin.

“Halo?”

“Vin.. tolong..” ujar sivia dengan suara tercekat. Air mata sudah menggenang membasahi wajahnya. “Jemput aku.. aku.. gak tahan..”

**__**

Agni menghantamkan tangannya pada kaca kamar mandinya. Lagi-lagi ia kehilangan orang yang sedang ia sukai. Nggak, kali ini dia gak boleh kehilangan cakka. Baru saja ia berencana mengajak cakka keluar, tapi menerima sms cakka beberapa menit yang lalu membuatnya kalap dan memukul apa saja yang ada di sekitarnya.

Cakka : Im sorry agni, skrg aku udah ada di spore. Masa student exchangeku  di surabaya udah selesai. Dont you know?

“AARRGGHH” agni merebahkan dirinya pada kasurnya secara kasar.

“Masa iya gue susulin ke spore? Gila aja, mana di bolehin sama bokap.”

“Tapi...gimana dong. Gak gak. gue harus milikin dia gimanapun caranya. Gak peduli harus ke spore kek, pokoknya gue akan bikin dia jadi milik gue. Selamanya.”

**__**


haaai ini part 14nya mohon yang udah di tag comment ya. sekarang sistem tagnya siapa yang comment disini, next part bakal di tag. oke?
@achaDG

5 komentar:

  1. Agni kaya terobsesi banget sm Cakka disini yaa? Apa dia jadi karakter antagonis? Dari cara dia ngancem Shilla? Aah, penasaran nih..... Gue baca chapt selanjutnya yaa? Boleh kan? Boleh dong??

    BalasHapus
  2. yang trap 15nya mana yaa?? :D penasaran nii

    BalasHapus
  3. Kak lanjutan nya mana???
    Di lanjut dong,,,
    Seru banget ceritanya,aku suka ;-)

    BalasHapus