1. New School
Gadis itu menghela napasnya, berat. Agak menyesali keputusan kedua orangtuanya yang mendadak menyuruhnya untuk tinggal di Surabaya, di kediaman sang Kakek atas alasan kesibukan kedua orangtuanya yang luar biasa hebat hingga tak bisa tinggal berlama-lama di Indonesia. Namanya Alyssa Saufika Umari, anak seorang pengusaha restoran terkenal di Jakarta dan Amerika di bawah perusahaan Umari Corp yang juga menangani bidang funiture dan meubel.
Gadis yang akrab di sapa ify ini berumur tujuh belas tahun. Masih duduk di kelas XI SMA. Ia bukan gadis manja yang menikmati semua hartanya. Seringnya ia sendiri dirumah membuatnya hanya menghabiskan uangnya untuk membeli berbagai dvd dan novel agar ia merasa tak kesepian, bukan untuk shopping baju atau apapun yang memang belum pantas untuk gadis remaja seusianya.
“Kamu kok bengong aja? Ayo, kamu sudah boleh berkeliling sekolah baru kamu,” ujar Bu Winda, guru piket setelah mengurus keperluan Ify.
Ify lagi-lagi mendengus. Ia sekarang berada di sekolah milik kakeknya, SMA BRAVIE. Dimana seluruh arsitekturnya dirancang oleh Kakeknya sendiri, Samuel Umari. SMA yang megah, memiliki berbagai gedung, dan lapangan yang sangat luas.
Di depan, kita bisa menjumpai pagar khas yunani yang dibangun tinggi-tinggi, lalu parkiran dengan halaman luas yang mayoritas adalah mobil dengan berbagai macam merk. Lalu ada gang di tengah-tengah, terbagi atas tiga jalan setapak kecil. Jalan setapak sebelah kanan, mengarah ke gedung belajar. Mulai dari kelas X, XI, hingga XII. Jalan setapak kedua mengarah ke ruang guru dan ruang extra. Jalan setapak ketiga mengarah ke kantin, lapangan, juga aula putih.
Aula putih adalah sebuah aula super besar yang dilengkapi oleh penthouse. Tempat murid-murid BRAVIE mengadakan lomba, pesta, dan perayaan lainnya.
Ify menganga melihat sebuah air mancur di dekat kantin, “Gila. Ini, sih, bukan mau makan, tapi piknik!” ia geleng-geleng kepala melihat suasana kantin yang rindang dengan banyak pohon. Meja-meja terbuat dari kursi, beberapa lesehan di bawah pohon tersebut. Benar-benar sejuk.
Kaki ify kembali melangkah menuju ruang extra yang berseberangan dengan kantin. Ruang ekskul sangat besar, karena terdapat berbagai ekskul disini. Kolam renang ada di atap, benar-benar asyik.
“Hai, nama kamu alyssa, ya?” tanya seorang gadis berambut sebahu sambil terengah-engah.
Ify memandangnya sambil melongo, namun ia mengangguk.
“Namaku Sivia Azizah, cukup panggil sivia, aku adalah ketua osis disini. Maaf, aku baru sempet kesini nyamperin kamu, tadi ada ulangan sejarah di kelas.”
“No Problem, gue juga ga papa kalau misalnya disuruh keliling sendiri. Oiya, panggil gue ify, ya.”
“okay ify, mau kemana kamu setelah ini?”
**__**
Ify melahap habis somaynya, rasanya benar-benar enak. Beda dengan di Jakarta.
“Kamu nggak makan berapa lama, neng?” Sivia tertawa melihat teman barunya ini yang sedang memasukkan somay demi somay dengan gelagat kesetanan.
Ify meringis. “Abhis dhishinhi enhaaggg bhanghed shomehhnyhah...” ujarnya tak jelas dengan mulut penuh somay.
Sivia makin tertawa melihat ekspresi lucu ify. “udah kamu makan dulu sampe puas, aku mau beli minum dulu. Kamu mau apa?”
“akhhu ess thehh ajhhaa.”
Sivia mengangguk dan beranjak darisana. Ketika ify masih sibuk dengan somaynya, datang dua orang cowok yang duduk tak jauh dari ify. Ify tak terlalu memperhatikan mereka karena ia merasa masih harus menghabiskan satu porsi somay yang baru saja datang (lagi) kepadanya.
Abis dirumah kakek makanannya western terus. Gue, kan, kurang suka.
“Ify ya?” sebuah suara bass yang entah sejak kapan sudah ada dihadapannya membuat ify tersedak somay yang sedang ia makan.
“Eh eh ify kamu kenapa? Ini. Minum dulu” sivia langsung menyodorkan es teh yang baru saja ia beli. Dengan kecepatan ekstra dan mata yang sudah berair, ify meneguk es teh itu dengan cepat dan menoleh marah kearah cowok yang mengagetinya tadi.
Matanya terbelalak ketika mendapati teman sepermainannya, Alvin Jonathan, ada dihadapannya. “ALVIN!!!” pekiknya senang..
Alvin nyengir tak jelas, sivia memandangi keduanya dengan bingung.
“kok lo disini? Gue yakin lo pasti sedang menjalankan ide gila ortu lo lagi.” ujar alvin sok tau.
“as well you know, lah, Vin. Mereka, kan, emang gila.”
“Eh, iya. Yo, sini!” panggil alvin kepada temannya yang sedang berdiri di stand makanan jepang, memesan sesuatu.
Setelah pemuda itu selesai memesan, ia berjalan menghampiri alvin.
“kenalin, ini Mario. Yo, kenalin, ini sahabat gue dari kecil, Ify.”
Ify mengulurkan tangannya. “Ify...”
“Rio” balasnya tanpa menjabat tangan ify. Ia melengos dan duduk di meja sebelah ify.
Alvin hanya geleng-geleng kepala, “dia emang gitu, maapin yak, hehhee. Yaudah lo have fun disini, via jagain dia, ya, dia sahabat kesayangan gue nih,”
Tawa pecah di antara alvin dan ify. Sivia hanya mengangguk enggan,
**__**
Disinilah ify sekarang. Di kelas XI IPS 2. Duduk sendiri dengan sabar karena seluruh pandangan cowok mengarah padanya. Gadis cupu di sampingnya juga hanya diam, tidak banyak bicara ke dia. Setidaknya, ify bersyukur di beri teman sebanggu seperti dia.
“Heh jelek, minggir lo.” Hardik seorang gadis cantik berambut panjang.
Si-cewek-cupu itu pun beringsut dari bangkunya, keluar dari kelas dan entah menghilang kemana. Ify hanya memandangi orang-orang didepannya dengan tatapan kesal.
“Hai, gue Pricilla. Ini Febby, dan ini Zevana. Kita mau ajakin lo masuk tim cheers kami. Lo mau join? Secara, lo cantik. Lo juga tinggi. Postur-postur anak cheers. Kita lagi kekurangan anggota, soalnya.”
Ify tertawa. “apa lo bilang? Cheers?”
Pricilla menyipitkan matanya tak suka, :”ya, ada yang salah?”
“Konyol. Dan gue sama sekali nggak akan masuk kedalam tim yang hobinya nari pake baju minim nggak jelas gitu.”
Febby., pricilla dan zevana melongo. Cewek baru ini, nolak mereka?!?!?!
“Lo!!! Lo bakal nyesel udah nolak masuk ke dalam cheers! Salah satu extra paling bergengsi dan eksis di sekolah ini!!”
“I wont regret it, miss. I swear.” Ify tersenyum sinis.
Ketiga cewek itu beranjak dari sana dengan amarah yang meluap. Tiba-tiba si-cewek-cupu berjalan masuk ke kelas. Melihat pemandangan itu, Pricilla dengan kesalnya meluapkan amarahnya ke cewek cupu tersebut.
“awww!!!” teriak cewek cupu itu. Pricilla menjambak rambutnya yang di kuncir ekor kuda..
Ify melompat dari bangkunya dan menghampiri ketiga gadis yang sedang membully teman sebangkunya itu. “heh! Cukup! Katanya anak-anak bergengsi, eksis, tapi kelakuan lo semua kampungan tau ngga!!” ify menarik cewek cupu tersebut kearahnya.
“heh! Lo ga usah ikut campur! Lo ngga tau kan siapa pemilik yayasan ini!? GUE!! Jadi, lo ga usah macem-macem sama gue!”
Ify tertawa. “Oh jadi lo pemilik yayasan? Hebat banget!” Nona, lo adalah seorang pembohong besar karena di hadapan lo sekarang ini, gue, adalah seorang cucu pemilik yayasan yang sebenarnya. Batin ify
“Ya! Maka dari itu elo ga usah berani bentak gue!”
Ify tak mengacuhkannya. Ia membantu si cewek cupu berdiri dan berjalan kembali kearah bangkunya.
“heh kalo gue ngomong, dengerin!” maki Pricilla sebal.
“udah, udah. Kita balik aja” ujar Febby menenangkan.
“Lo ga papa?” tanya ify mendudukkan cewek tersebut.
“aku gapapa, kok”
“syukurlah, kalo ada yang gituin lo, lo jangan diem, lo harus ngelawan. Jangan mau kalah sama cewek-cewek sok kaya mereka,”
Cewek cupu itu terkekeh. “buat apa? Nguras tenaga aja,”
“tapi lo bakal diinjek-injek terus sama mereka.”
“mereka anak pemilik yayasan, dan aku tau diri. Aku bukan siapa-siapa disini. Modal pintar aja ga ngejamin seseorang bisa banyak temen disini.”
Ify menghela napas. “nama lo siapaa?”
“aku Ashilla...”
“Okee, shilla. Mulai sekarang, lo temen gue,”
Shilla –si-cewek-cupu- mengerjap-ngerjapkan matanya tak percaya.
***___****
hai saya comeback sama cerbung baru hehehe maap geje dan sebagainyaaa~ semoga sukaaaah :*
dont forget to like and comment :3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar