(SEKUEL) Mengejar Abu-Abu
*** Dua. kembalinya si Abu-Abu ***
hari ini adalah hari pertama Ify menjejakan kaki di universitasnya. hari pertamanya juga untuk menjalankan ospek. dia, bersama seragam putih-hitamnya memasuki auditorium tempat para mahasiswa berkumpul.
ify cengo, karena ia merasa asing sekali ditempat ini. sesaat di menyesal, kenapa gak satu universitas aja ya sama shilla?
''hai'' sapa seseorang dengan kaca mata kudanya. ify tersenyum kaki.
''hai juga''
''aku sivia, kamu?"
"aku ify" jawabnya sambil menjabat tangan sivia yang terulur didepannya
"kamu ambil jurusan apa?"
"aku seni musik"
mata sivia berbinar. "beneran? kita satu jurusan dong!" pekiknya girang. dalam hati ify senang, karena punya teman satu jurusan yang menyenangkan seperti sivia.
suara microfon mulai terdengar. diiringi grasak-grusuk disana-sini. "tes tes. selamat pagi semuanya!"
"pagi kak!" serempak calon mahasiswa baru.
"gue Alvin Jonathan, ketua BEM disini. gue juga selaku panitia OSPEK. disini gue bakal jelasin peraturan yang wajib kalian ikutin. jadi... blablabla"
sivia terbengong-bengong melihat karya Tuhan didepannya ini.
ify yang menoleh kearah sivia pun terkikik geli. "kamu kenapa siv?" tanyanya.
"ya ampun fy gila senior kita yang satu itu cakep abis ya . gue gak nyesel masuk sini"
ify menggeleng-geleng, tapi juga membenarkan ucapan sivia. pemuda yang berstatus sebagai ketua bem sekaligus seniornya tersebut memang keren. matanya sipit, seperti orang Korea. kulitnya putih bersih, tinggi sekitar 175cm. badannya atletis. tapi satu yang tak ify suka. dia dingin, pandangan matanya sinis. gaya bicaranya juga.
"jadi kita akan membagi jadi 25 kelompok. satu kelompok 5 orang. dan bakal di bacain sama wakil panitia ospek, Zevana." gadis bernama zevana maju kedepan dan mulai membacakan nama kelompok.
"kelompok 23, debo andryos, ify alyssa, sivia azizah, acha arif, dan ozy ardiansyah"
"kita satu kelompok fy! yey!" seru sivia senang. ify mengangguk-angguk senang juga mendengar bahwa dia akan satu kelompok dengan sivia.
"yang namanya sivia sama ify manaaaa?" ujar seseorang dibelakang ify.
ify dan sivia serentak menoleh. "disini!" lalu ketiga orang itu menghampirinya dan memperkenalkan nama mereka masing masing. ify tersenyum karena ketakutannya sirna. dia bakal satu kelompok sama manusia-manusia asyik dan seru kaya mereka berempat!
"jadi satu kelompok bakalan dapet dua mentor, dan gue bakal bacain nama-nama mentor kalian.
"kelompok satu..." "yaelah pake mentor segala. neraka nih" ujar debo kesal diikuti anggukan setuju yang lainnya.
"kelompok dua tiga, alvin jonathan dan mario aditya" ify membelalak. ia merasa indra pendengarannya tak mungkin salah. tapi mungkin juga salah. ia pun menggunakan indra pengelihatannya kearah dua sosok pemuda yang kini berjalan kearahnua.
"gak mungkin, itu kak rio!" batinnya sambil membelalak.
"kalian kelompok dua tiga?"
"iya kak" jawab mereka kompak. kecuali ify. badannya limbung seketika saat melihat orang yang mati-matian ia coba lupakan berdiri didepannya, seakan tak pernah mengenalinya. hatinya makin remuk.
"hei kamu, sakit?" tanya alvin sambil memincingkan matanya kearah ify. ify gelagapan dan buruburu menggeleng.
"nggak, kak"
"kalau emang sakit gak usah di paksain. kamu bisa ke tenda pmr kalau emang ga enak badan" rio angkat bicara. ify yang mendengarkan perkataan rio itu hanya tersenyum paksa dan menggumam lirih.
"saya ga kenapa kenapa kak". itu adalah kalimat paling panjang yang pernah ify dengar dari rio, untuknya. rasa senang menyelimutinya. tapi sedetik kemudian dia tersadar kalau tujuan dia di bandung adalah untuk membuka lembaran baru tanpa masalalunya itu.
$$$
Gabriel menduduk, merasa bersalah. "maafin kakak fy. kakak ga berani ngasih tau ke kamu, karena kamu sendiri yang bilang kalau kamu mau lupain rio. dan bodohnya kakak, kakak lupa kalau rio itu anggota bem juga. dan otomatis dia bakal ketemu kamu pas ospek. kakak benerbener minta maaf ya fy" sesalnya
"kak iel ga salah kok. jadi ga perlu minta maaf. ify gapapa" ify mencoba tersenyum. dia sendiri tak yakin apakah dia benar-benar baik-baik aja.
"kamu jangan khawatir fy. setelah seminggu kamu selese ospek, kakak jamin kamu gak akan berurusan sama rio. lagian rio bukan type cowok yang suka nongkrong di kampus. maaf sekali lagi ya fy. maaf banget"
"udahlah kak, ify gapapa. mau berurusan sama tuh cowok satu juga gapapa. selama gak ngerugiin ify. ify juga udah janj kalau ify bakalan ngelupain dia cepet ato lambat. lagian tadi dia kaya gakenal ify. kayanya emang lupa sama ify haha baguslah kalo gitu" celoteh ify dengan senyum kecutnya.
"hmm,, yaudahdeh, sebagai permintaan maaf kakak, kakak mau bantuin ify ngerjain bahan bahan ospek besok. disuruh ini kan? ckck dasar ga kreatif tuh masa tahun lalu sama tahun ini sama aja."
ify terkekeh dengan omelan gabriel yang panjang lebar. jadilah mereka berdua dirumah bunda ify semalaman. mengerjakan bahan bahan ospek ifu.
$$$
pemuda ini membolak balik buku dengan gelisah. fikirannya melayang-layang pada kejadian hari ini. kenapa dia harus bertemu lagi dengan gadis yg hampir membuatnya gila selama hampir tiga tahun ini? dia menyerah, berusaha mengerjakan tugas sama sekali tidak membantu apa-apa.
"AAARRGGGHHHSSS" teriaknya frustasi
"loe kenapa yo?" tanya alvin melihat kelakuan teman sekamarnya yg aneh hari ini
"loe inget cewek yg pernah gue ceritai ke loe pas awal awal kita ngampus?"
alvin mengangguk angguk mengerti. "adek kelas loe yang suka sama loe tapi loe cuekin??"
rio mengangguk lemas. "dia kuliah di tempat yang sama kaya kita" lirihnya
"bagus dong! siapa sih namanya?" 'ify. ify alyssa. cewe yang kita mentorin enam hari kedepan. cewek yang tadi pucet wajahnya. gue yakin dia shock,"
"serius? cewek cantik itu yo? wah loe parah yoooo loe siasiain cewek secantik diaaaaa gila gue mau kali sama dia."
rio menjitak kepala teman sekamarnya itu, "gue masih sayang dia, kunyuk!"
"lah kalo loe sayang sama dia kenapa pas dia suka sama loe, loenya cuek gitu? nyesel kan loe sekarang! goblok sih loe"
rio merutuki dirinya sendiri karena mengajak alvin yg gakjelas itu buat curhat. "mboh vin. kesel ngejak ngomong kon" serah rio dengan bahasa jawanya yang kental.
"ahelah yo jangan pake bahasa jawa napa gue kan ga ngarti" rengek alvin.
rio memutar bola matanya dan beranjak ketempat tidur. mulai memejamkan matanya tanpa peduli ocehan alvin yang menggema di kamar mereka itu.
--Namanya ify. dia emang cuma adek kelas gue, dan gak akan jadi lebih. dulu, dia dateng disaat gue lagi patah hati dan gagal move on. awalnya gue ngira ify cuma suka sukaan biasa sama gue, tapi hampir setahun gossip ify suka sama gue gak kunjung reda. gue jadi penasaran sama dia. gue mulai sering ngeliatin gerak gerik dia. tapi yg gue tangkep, sama sekali gak ada gelagatnya yg nunjukin dia suka sama gue.
gue makin penarasan. gimana mungkin cewek yang datar datar aja gitu bisa suka sama gue tanpa berbuat apa apa buat narik perhatian gue ? itukan gak masuk akal. cewe lain aja sampai rela ngintilin gue kemana mana walopun tau bakal gue jutekin. mulai dari situ kebiasaan gue buat merhatiin dia berlanjut. lamalama, malah gue yang suka sama dia. gue jadi ngerasa kalo ngeliatin dia itu kayak candu. gabisa dihindarin.
gue emang diem aja karena gue ga berani deketin dia, masih trauma juga, sih sama cewe. tapi gue menyesal, gue dan dia sama sekali gak nunjukin tanda tanda kalau saling suka. jadi....sampai kapanpun gue gabakal bisa sama dia.
dia juga makin menjauh. hari kelulusan pun gue masih ga berani nemuin dia. cukup gue simpen dalam hati aja kalau gue punya perasaan sama dia. lagian gue juga udah lihat kalau dia mulai menutup diri rapat-rapat. gue tau kalau dia menghindari gue. satu ekskul tapi dia ga pernah natap gue secara langsung.
entahlah, ada sebagian dari hati gue yang mencelos pas ngelihat ify dan gabriel. gue rasa, ify udah ga punya perasaan sama gue dan dia move on ke gabriel. dan gue mutusin bakal pindah ke bandung. eh, ternyata takdir mempermainkan hidup gue.
niat gue yang pengen menjauh dari mereka, gagal. gue satu kampus sama gabriel, dan sekarang gue haris nerima kenyataan kalau ify masuk di kampus yang sama kaya gue.
apa gue masih bisa nyembunyiin perasaan gue? apa malah, ini saatnya gue perjuangin perasaan gue ke dia dan bikin dia jatuh cinta lagi ke gue? tapi gabriel....--
$$$
"ngelamun aja loe yo" tegur Agni disamping Rio.
"ngga kok" jawabnya tak acuh
Ragu ragu agni berkata, "gue baru pertama kali liat ekspresi kaya gini di wajah loe, rio. coba cerita sama gue. gue bisa bantuin loe kok"
"gak usah sok tau sama hidup gue ag. bukan berarti karena loe pacar sepupu gue, loe bisa sok jadi pahlawan kesiangan yang seenak jidat ikut campur dalam kehidupan gue"
Agni menghembuskan nafasnya, kesal. ia tau, sepupu pacarnya -cakka- ini memang pribadi yang introvert, masa bodoh dengan dunia disekitarnya, dan jauh dari kesan ramah. padahal, sewaktu SMA, rio gak seperti ini. rio mulai mengubah image supel-friendly-misterious nya jadi introvert-emosional-poker face yang berlebihan, gak ada yang tau apa yang merubah rio jadi seperti itu. tapi agni selalu yakin, rio akan kembali menjadi rio yang dulu. yang humoris dan supel.
$$$
sejujurnya ify sangat tidak nyaman berada di sembarang tempat dengan rio. dia ingin cepat-cepat menyelesaikan masa ospek. ify memilih untuk mendapat berbagai macam hukuman daripada diam saja disamping rio seperti ini. kaku. canggung.
tapi ify seperti tidak mengenali rio yang sekarang, mana matanya yang selalu tersenyum dimanapun ia berada? kenapa rio tak pernah melontarkan humor garing nan jayus yang dulu sering ia lontarkan sewaktu ekskul? kemana perginya rio yang hyperaktif? apa ini tuntutan dari ketua BEM supaya rio bertindak dingin? tapi ini seperti bukan akting. ify merasa rio hanya bersikap sangat dingin padanya, dan tidak pada yang lain.
walaupun rio jarang bicara, tatapan matanya lah yang bicara semuanya. kadang, ify tergugah untuk menanyakan mengapa rio jadi pendiam seperti ini. tapi ia mengurungkan niatnya karena statusnya yang masih calon mahasiswa masa ospek.
sivia mendekatinya dan merapatkan tubuhnya dengan ify. ify sudah bisa menebak kalau sivia akan menceritakan sesuatu mengenai alvin. dan gotcha! ify benar. dia sudah hafal dengan kebiasaan teman barunya itu.
nyaris berbisik, sivia menceritakan senyum alvin, cara bicara alvin, alvin memanggilnya. ify terkikik, karena ia fikir sivia sudah dalam tahap memuja alvin. bukankah berlebihan? tapi, toh, itu urusannya sivia. sama sekali tidak merugikan juga kan?
"terus nih ya fy, masa tiba tiba kak alvin tanya loe dari SMA mana sih"
pernyataan itu membuat ify mau tak mau ikut penasaran, "ngapain?"
sivia mengangkat bahu lalu menatap ify serius. "fy gue tau kita baru kenal belm ada seminggu tapi gue tegasin ya jangan nusuk gue lho, kalau misalnya kak alvin suka sama loe, loe harus tolak oke?"
ify tertawa dengan nada polos yang gadis chubby itu keluarkan untuk mewanti wantinya. sivia memang suka asal nyeblak tapi itulah yang disukainya dari gadis ini hampir 11 12 dengan shilla, lah.
tapi tanda tanya besar menyelimuti otak ify, kenapa alvin tanya tanya? apa rio cerita? atau apa yang dibilang sivia kalau alvin suka dia beneran lagi. gak bisa dibiarin, nih.
$$$
hari terakhir ospek ditutup dengan ngejam bareng anak anak BEM dan pelepasan balon. rasanya beban ify selama seminggu --yang lebih terasa seperti setahun-- berkurang.
sivia yang sudah melepas atribut aneh yang trtempel pada tubuh mereka seminggu ini jadi kelihatan cantik. biasanya rambutnya di kucir kuda, sekarang ia gerai begitu saja membuat ify ternganga. sivia dan shilla memang mirip! mampu menyembunyikan kecantikan alami mereka!
"lepas dong atribut geje loe. mulai hari ini kita resmi jadi mahasiswi!!" ujarnya antusias
ify hanya mengangguk dan mulai melucuti benda benda aneh yang bertengger di badannya seminggu ini.
"coba rambut loe di gerai deh fy. loe tuh cantik kenapa gaya loe cupu begini mana ada anak kuliahan yang mau sama loe yang ada mereka kabur kalo liat loe"
ify cemberut, "ngaca dong buuu, kamu kan juga nyembunyiin kecantikan kamu dengan sok dandan cupu, "
"hahaha plis deh ify alyssa, ini bandung bukan surabaya jadi stop ngomong pake aku kamu,loe harus belajar ngomong pake loe gue. oke?"
ify mendelik "kamu tadi ngomentarin penampilan ku, sekarang udah berani nyuruh aku ganti gaya bicara, ogah ah, kalau penampilan oke deh aku jabanin ,kalau gaya bicara kayanya entaran deh kalau aku udah mulai terbiasa sama semua"
"yah whatever lah, ntar juga kebiasaan. Eh, ayo gabung sama anak anak disana, aampe kapan loe jogrok disini melulu, kaya patung selamat datang tau gak"
"gak ah siv aku disini aja, pusing kalo kedalem liat lautan manusia segitu banyaknya."
"cupu ah yaudah gue kedalem dulu ya kalo ada yg nawarin permen jangan mau ya ify sayang"
"kurang ajar ,kamu kira aku anak kecil yang dikasih permen langsung ngintil"
sivia tergelak "maybe? yaudah gue kedalem dulu ya fy baek baek loe disini"
"iya iya udah sana pergi husssh" sivia pun bergabung dengan mahasiswa mahasiswi angkatan mereka.
ify tengah duduk di pinggir taman, menjauh dari keramaian adalah kebiasaannya. dia lebih suka menyendiri. dan kadar rame dimata ify adalah ketika sedang bersama atau mendengar celotehan dari shilla, gabriel, dan sivia. selain itu, dia tidak menyukai keramaian yang lain.
"sendirian aja, fy?" ujar seseorang yang dengan seenaknya duduk disebelah ify.
ify menoleh da menatap pemuda itu tepat di kedua manik matanya. "kak..r..i..o?"
"ya. kenapa, sih, ngeliat aku kaya ngeliat setan?"
"ha ha ha" tawa ify datar. brrtemu dengan rio adalah bencana besar baginya. karena bisa bisa ia kembali terjeraat dengan masalalu dan ga mau lepas. gimana nih? padal kan ify mati matian ngehindar dari rio.
"kok gitu?"
"apanya?"
"kamunya" jantung ify pun bekerja gila gilaan mendengar suara lembut rio tersebut. dia sedang tidak bermimpi, kan?
"gak kok, kamu ga lagi mimpi. kalau itu fikiranmu sekarang"
ify menunduk malu karena rio berhasil membuatnya salah tingkah, padahal pengabaian selama tiga tahun sudah memberikan luka yg amat dalam pada ify. tapi kenapa kali ini ify bereaksi seperti ini? ini sama aja dengan menambah deretan luka yang rio buat padanya, kan?
"saya balik dulu, kak" ujar ify tegas. ia ingin segera menyudahi kerja jantungnya yang terlalu terforsir hanya karena seorang pemuda yang mengabaikannya bertahun tahun tiba tiba mengajaknya bicara seperti ini.
tapi rio ikut berdiri ketika ify berdiri. sepersekian deyik, rio sudah memeluknya dari belakang, ify tersentak, tapi ia tak mampu menguraikan pelukan rio karena ia tak punya daya melawan rio.
"jangan pergi. aku udah cukup tersiksa gak ada kamu...." ujarnya berbisik. ify kembali tersentak. ternganga tak percaya
$$$
Tidak ada komentar:
Posting Komentar