Hei!
Karena kerjaan saya setiap sebulan sekali
sebagai editor penyunting mading sekolah, saya nemu artikel nih dari
majalah KAWANKU, rubik THUMBSTORY. Karena ceritanya bagus, saya pengen nulis
jadinya. Nggak suka aja tuh cerpen nanggung amat. Nah, jadi, yang saya BOLD dan
ITALIC bersamaan itu adalah NASKAH ASLI dari cerpen itu. Heheh. Fyi aja
nih, rubik THUMBSTORY adalah
aplikasi dr majalah KAWANKU yang ada di BlackBerry ber OS 6 atau 7.
Monggo di download :D
Check this out guys!
**
Aku
dan Dia
Oleh
: Clara Fides
**
Aku
teringat saat itu. Senyumnya, tawa lepasnya, kerutan dahinya, semua tentangnya.
Aku ingat dia, seperti setiap momen dengan dia membekas dalam otak dan hatiku.
Bukan, dia bukan pacarku. Dia berarti bagiku namun takdir belum membiarkan kita
bersatu.
**
“Cakka,
cakka!” panggil Agni setelah melihat sosok bagas mulai terlihat dari gerbang
sekolah.
“Eh,elo,
Ag? Ada apa?”
“Dicariin
Alvin tuh. lo abis cari gara-gara apalagi emangnya? Si Alvin marah besar! Dia
bikin ultimatum ke gue tadi pagi-pagi banget pas gue piket. Katanya,kalo lo
nggak datengin dia pas jam istirahat pertama,dia bakal ngacak-ngacak kelas
kita. Lo gila, ya? kalo punya masalah,jangan sama Alvin dong, Kka”
Cakka
mengerutkan dahinya sejenak, setelah itu ia tersenyum meremehkan. “Tuh anak
ya,suka banget maen frontal. Oke, bakal gue ladenin. Liat aja,siapa yang bakal
menang nanti.”
“Kka,
lo jangan aneh-aneh sama Alvin. Alvin kan –“
Cakka
menjitak agni pelan, “Lo jangan cerewet deh. lo kira gue cowok umur 12 tahun?
Yang dipukul bakal ngadu ke bonyok? Gue udah tujuh belas tahun,agnI! Dan lo tau
itu”
Agni
meringis. “Iya sih,tapi tetep aja. Lo tau sendiri kan,Alvin itu gangster
sekolah kita. Nggak mungkin lah,lo bisa menang lawan dia. apalagi nyentuh
sehelai rambutnyapun,gue rasa lo nggak bisa.” Remeh agni sambil terkekeh
“jadi
lo ngeremehin cakka? oke! Lo liat nanti,siapa yang jadi pemenang. Kadang,buat
jadi pemenang yang sesungguhnya bukan orang yang bersenang –senang diawal.
Pemenang itu cerdas. Dan cerdas itu nggak diperluin otot. Tapi otak.”
“cih,bahasa
lo gaya amat. Kaya lo punya otak aja!” cibir agni
Cakka
melotot kearah agni sambil melipat tangannya.
Agni
tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi cakka yang menggemaskan. “Piss, kka”
ujar agni sambil membentuk tanda V di tangannya.
“Udah
deh ag,ikutin aja permainannya alvin. Gue pengen tau,sejauh mana Alvin
bertindak. Dan siapa yg jadi pemenang dari tantangan Alvin itu. Yuk,cabut. Gue belum
ngerjain PR bahasa mandarin, nih.”
Agni
menggeleng-geleng. Hampir tiga tahun bersahabat dengan cakka membuatnya sangat
hafal rutinitas sahabatnya itu setiap pagi. Dengan langkah yang tak kalah
semangatnya dengan cakka, ia berjalan meninggalkan lapangan menuju ruang kelas
XII IPS 2.
~~
“Gimana?
Sakit?” tanya Alvin dengan tangan yang dirangkulkan pada tubuh Cakka. “Lo udah
rebut Sivia dari gue jadi lo harus terima semua pembalasan gue!” desisnya tajam.
Muka
cakka sudah biru penuh lebam. Cakka meringis kesakitan saat Alvin menjitak
kepala cakka. ia tidak bisa melawan,karena ada 2 orang bodyguard Alvin yang
Alvin sebut sebagai bagian dari ‘genk’-nya yang siap membuatnya lebih babak
belur jika ia melawan Alvin.
Hantaman
demi hantaman Alvin layangkan pada cakka. dada, perut, hingga wajah. Cakka
hanya diam mengikuti seluruh permainan Alvin. Ntah karena nyalinya yang terlalu
besar,atau memang dia berniat ingin bunuh diri. Yang pasti,cakka sama sekali
tidak melawan Alvin.
“Gue
mau saat ini juga lo putusin sivia! Jauh-jauh dari sivia! Gue nggak akan pernah
bikin hidup lo bahagia kalau lo masih pacaran sama sivia! Gue anggap lo
pengecut kalo lo nggak mau nurutin omongan gue!” ancam Alvin disela
permainannya.
“Sekarang
siapa yang pengecut? Lo? Ato gue?” lirih cakka buka suara setelah terbungkam
selama hampir setengah jam di dalam ruang basket.
Alvin
terperangah,ketika hendak menghantamkan tinjunya ke rahang cakka,cakka kembali
berujar, “Lo nggak berani ngutarain perasaan lo ke sivia. Iya? Terus,apa
salahnya gue yang akhirnya jadi tempat hati sivia berlabuh? Itu semua salah
siapa? Salah gue? Gue nggak pernah ada niatan ngerebut sivia dari lo. Lo
terlalu pengecut buat ngelindungi sivia secara terang-terangan. Lo terlalu
pengecut buat ngungkapin perasaan lo ke sivia. Apa itu masih salah gue, Alvin
Jonathan??”
Alvin
mengeratkan cengkraman tangannya pada kerah cakka. “ELO!!!”
“STOP!!
STOP!!” pekik sivia saat masuk bersama Agni kedalam ruang basket.
“Alvin!
STOP!!” agni ikut berteriak ketika tangan Alvin hendak melayangkan tinjunya
pada cakka.
BUKKK….
Terlambat.
Pukulan terakhir, cakka sudah tak sadarkan diri. Sayup sayup,cakka mendengar
suara histeris agni dan sivia memanggil namanya.
~~
“Cakka,
udah sadar?” tanya sivia ketika melihat mata cakka mulai terbuka perlahan.
Agni
yang duduk dibelakang sivia spontan berdiri ,mendekati cakka.
“kamu
nggak papa? Apa yang sakit?” tanya sivia khawatir. Agni hanya melirik tak
senang pada sivia.
Cakka
menggeleng, lalu tersenyum,”aku nggak apa-apa kok, via. Udah deh,kamu nggak
perlu sekhawatir itu.”
“Beneran
nggak papa? Aku ini bener-bener khawatir ,cakka! aku udah aduin Alvin sama pak
duta,kali kali aja dia bisa di skors abis bikin kamu babak belur gini. Kamu ada
masalah apa sih sama dia?”
“nanti
aja ya jelasinnya,mulut aku masih agak…ehm..sakit” cakka meringis
Sivia
mengangguk dan menggenggam tangan cakka lebih erat. Sebuah pemandangan yang
mampu mengundang derai air mata agni,jika tidak di hentikan.
Agni
menghela napas berat. Menyaksikan pemandangan didepannya tersebut. Cukup
memilukan,dan mengiris hatinya. Juga perasaannya. Sebulir air mata jatuh
mengalir di pipinya. Dengan buru-buru ia mengusapnya. Dia tak terlihat.
**
Aneh
memang ketika engkau tahu semua tentang dia namun tidak bisa bersama.
Terkadang,aku berfikir untuk apa dua orang saling bertemu namun pada akhirnya
mereka tidak bisa bersama? Bahagia, sakit hati. Tawa dan tangisan, semuanya
sudah kurasakan. Dia pergi lalu datang kembali. Dia menyakiti, lalu
memperbaiki.
**
Cakka
menghempaskan napasnya kesal. Sudah satu jam, nomor sivia tidak bisa dihubungi.
Bbm nggak deliv. Sms apalagi.
“dia
sebenernya kemana sih,ag?” tanya cakka sambil mengoper bola basketnya pada
agni.
Agni
mendribble bola tersebut dan lay up. Dan sempurna, three point untuk agni. Agni
pun berbalik pada cakka yang sudah lebih dulu duduk di pinggir lapangan.
“Lo
udah coba hubungin rumahnya belum?”
Cakka
menggeleng. “Selama dia belum di bolehin pacaran,mana berani gue telfon
rumahnya! Gila aja,bisa di putusin gue. Lo tau sendiri kan gimana sayangnya gue
sama sivia?”
Agni
tersenyum, perih. Dengan terpaksa ia mengangguk. “Tau kka, tau banget.”
Jawabnya penuh arti
Cakka
lagi lagi menghempaskan napasnya, kali ini lebih berat daripada sebelumnya.
“kalo sivia selingkuh, gimana? Kalo anceman Alvin sewaktu seminggu abis gue
balik dari rumah sakit kejadian, gimana? Gue belum siap kehilangan sivia, ag…”
‘dan
gue belum siap nangis didepan lo sekarang, cakka…’ batin agni pedih. Melihat
cakka yang frustasi gara-gara satu gadis bernama Sivia itu sudah mampu membuat
batin agni bergejolak menyala-nyala terbakar api cemburu. Apalagi mendengar dai
mulut cakka sendiri betapa ia menyayangi Sivia. Rasanya,hati agni
tercabik-cabik.
“udah
ah kka, lo nggak boleh suudzon gitu ke sivia. Lo tau sendiri kan,sivia tuh
kapten cheers. Lo harus tau kesibukan dia.mungkin hapenya lowbatt dan dia lagi latian
cheers. Udah sekarang kita seneng-seneng aja. Lagian, kita udah kelas tiga.
Waktu luang buat basketan berdua kaya dulu tuh nggak dateng seminggu sekali,
bisa sebulan sekali,atau dua bulan sekali. Kita nikmati aja yang ada,kka.
Biarin semuanya mengalir…”
Cakka
menyendenkan kepalanya pada bahu agni. Membuat jantung agni seperti melompat
keluar karena aksi spontan cakka. seperti disengat listrik,tubuh agni pun
beraksi cepat. Namun sepertinya,cakka tak mempedulikan itu.
“Lo
ngomong apaan sih ag? Kok jadinya
ngelantur kemana-mana”gumam cakka sambil memejamkan matanya.
Agni
menghembuskan napas gelisah. ‘cakka, sampai kapan lo nggak bisa ngeliat gue?
Apa perasaan gue begitu buram,sampe lo nggak bisa membacanya?’
~~
Agni
sibuk membolak-balik buku Sosiologi yang belum juga ia temukan jawabannya.
Sambil berjalan,ia terus membuka buku yang tebalnya hampir 200 halaman
tersebut.
“Kamu
itu pacar aku apa bukan, sih? Aku tuh udah berusaha ngertiin kamu! Kamu nggak
pernah ngertiin aku! Aku kurang apa,sih.vi?? apa aku belum sempurna juga di
mata kamu? Apa malah,aku nggak ada artinya?”
“Usaha
kamu yang kurang,kka! Kamu bilang,kamu berusaha ngertiin aku? Mana,kka? Mana?
Sampe sekarang aku nggak pernah tau kamu ‘berusaha ngertiin aku’. Oke, aku
terima kamu sahabatan sama agni! Tapi,nggak dengan kamu jalan berdua tiap
weekend kan?”
Telinga
dan mata agni melebar ketika mendengar pertengkaran yang berada di ruang
Pecinta Alam yang sepi karena letaknya di ujung koridor kelas X, yang jauh dari
gerbang. Bahkan terletak dibelakang sekolah.
Agni
pun memberanikan diri untuk mendekatkan telinga pada salah satu jendela yang
sedikit terbuka. Mengintio sosok cakka yang jakung menggunakan sweeter
putih-biru kebanggaanya,dan sivia yang masih dalam balutan seragam cheers.
“kenapa
jadi bawa-bawa agni?!”
“Aku
cemburu, cakka! aku nggak suka kamu sering jalan sama agni…”
“aku
sering jalan sama agni karena kamu nggak pernah ada waktu buat aku. Asal kamu
tau aja”
“tapi
tetep aja,kka. Aku tuh cemburu. Awalnya fine fine aja. Aku juga tau sedeket apa
kamu sama agni. Tapi,nggak dengan anak-anak yang lain kan? Sakit, kka, saat ada
orang lain yang bilang ‘siv cowok lo jalan sama cewek lain tuh. kok nggak lo
marahin sih? Lo nggak cemburu?’.”
Dengan
tangis yang mulai mengucur,sivia melanjutkan penjealsannya. “awalnya aku abaiin
semua kata kata anak-anak,kka. Tapi makin lama mereka tuh makin gencar ngasih
aku info. Soal kamu sama agni. Aku pengen nggak percaya,kka. Tapi banyak banget
yang tau. Semua orang nuduh kamu sleingkuh. Padahal aku tau maksud kamu nggak
gitu.”
“tapi
aku tetep punya batas, kka. Karna aku cewek. Aku…jujur…juga sakit banget. Tapi
mau gimana lagi…”
“kita
kan bisa ngomongin ini baik-baik, via. Nggak perlu maen kucing kucingan gini. Aku tuh bingung
harus nyari kamu kemana. Nomer kamu jarang aktif kalo pulang sekolah.
temen-temen kamu bilangnya juga nggak tau mulu. Kalo aku telfon rumah kamu,
nggak mungkin juga,kan?”
Isakan
sivia makin keras,menggema di dalam ruangan tersebut. Cakka selangkah lebih
maju dan dengan sekali kedipan mata,agni melihat cakka sudah merengkuh sivia.
Padahal
disini, badan agni telah bergetar. Menyaksikan adegan Cuma Cuma yang
dipertontonkan takdir untuknya ,secara langsung. Dan mendengar kata demi kata
yang terucap dari kedua insan di dalam ruangan itu.
“aku
janji,nggak bakal deket deket agni lagi. tapi,kamu jangan matiin hape kamu lagi
ya..”
Telak.
Setelah mendengar ucapan lirih cakka tersebut,agni langsung berlari dari sana.
Menumpahkan segala tangisnya di danau yang tak jauh dari sekolah mereka. Tak
peduli tatapan penuh tanya orang-orang yang adai disekitar danau tersebut. Yang
ia inginkan hanya sendiri. menangis. Hingga lega.
“kenapa?
Putus cinta? Patah hati? Cinta bertepuk sebelah tangan? Apa diselingkuhi?”
tanya sebuah suara yang asing di telinga agni. Agni tak menoleh. Ia masih
diposisi yang sama. Menenggelamkan wajahnya pada lututnya.
“kalo
nangis nanti jelek, lho” ujar pemuda yang agni tak tau siapa itu. Agni masih
enggan menoleh.
“lo
nggak malu diliatin sama orang orang disini? Apa lo nggak punya malu?”
“diem
lo.. ngeselin banget sih!!” rutuk agni. Agni yang jengah pun akhirnya
mengangkat wajahnya,menatap pemuda bermata sipit didepannya itu. Sedikit
kaget,mengetahui siapa sosok didepannya.
“oh,
agni tri nubuwati! Cewek yang selalu jadi bodyguard cakka itu? Ckckck.
Ternyata,walopun tampang lo sangar gini,lo bisa nangis juga”
Agni
melirik Alvin kesal,sedikit tak terima dibilang bertampang sangat dan bodyguard
cakka. tapi,ia juga tidak ingin merusak imagenya didepan pemuda berkulit putih tersebut
yang ia anggap sebagai musuhnya.
“jadi,
lo nangis karena apa? Disakitin cowok? Diselingkuhin cowok? Di PHPin cowok? Di
manfaatin cowok? Atau…” Alvin mengamati wajah agni lekat-lekat. Dan berbisik,
“…atau ngeliat cakka sama sivia pelukan?”
Agni
reflek menjauhkan kepalanya dari kepala Alvin,ketika bisikan Alvin mampu
membuat bulu kuduknya meremang,berdiri.
“sepertinya,dari
semua opsi,jawabannya udah jelas. Yang terakhir. Ya,kan?”
Agni
melengos. Tak ingin membongkar aibnya sendiri. apalagi didepan musuh cakka.
“nona
agni, anda nggak perlu sungkan-sungkan buat bercerita kepada saya. Karena saya
adalah penjaga rahasia nomor satu
didunia.” Bangga Alvin sambil merebahkan dirinya diatas rerumputan.
Agni
tak bergeming ditempatnya. Ia sibuk memandangi wajah pemuda disampingnya ini.
tidak menemukan ekspresi licik yang biasanya terpampang jelas pada wajah Alvin.
Walaupun rasa-rasanya,apa yang Alvin ucapkan bisa dipegang dan dipertanggung
jawabkan,agni masih bungkam. Sama sekali tidak ingin membagi kesedihannya pada
siapapun. Termasuk pada orang yang masih berstatus musuh sahabatnya itu.
“gue
sih nggak maksa lo buat cerita. Tapi,gue bakal ada kalo lo butuh gue. Gue
disini tiap hari rabu, jumat, sama sabtu. Pulang sekolah,sampe jam 8 malem.
Karena ini hari selasa,dan bukan jadwal gue ada disini,jadi…gue pergi dulu. Lo
bisa contact gue via twitter,kok. Bye, agni..” Alvin bangkit dan menepuk-nepuk
kepala agni lembut.
Agni
menatap Alvin dengan tatapan bingung, heran, sekaligus aneh.
~~
Keesokan
harinya, agni melangkahkan kakinya gontai. Menatap kebawah,pasrah dengan
langkah yang membawanya pergi. Sebenarnya dia tidak ingin masuk hari ini,tapi
karena ulangan harian setumpuk ia terpaksa harus masuk.
Ia
sendiri bingung, sibuk bertanya pada perasaannya. Gimana kalo ketemu cakka?
gue harus ngapain? Gue harus gimana? Diem kah? Sok nggak tau apa apa kah? Marah
marahin cakka kah? Nangis didepan cakka kah?
Ketika
agni mengangkat wajahnya,matanya tak sengaja bertumbukan dengan cakka. dengan
cepat ia mengalihkan pandangannya. Saat ia melirik cakka yang tengah berjalan
kearahnya, sebuah tangan besar dan kokoh menyambar lengannya dan menyapanya
riang
“pagi agni! Lo keliatan tambah kusem aja? Kebanyakan nang…AWW!!!” dengan kesal
agni mencubit pinggang Alvin kuat kuat,takut Alvin kelepasan bicara. Apalagi
jarak cakka dan mereka hanya beberapa langkah.
Cakka
membeku ditempatnya. Melihat agni dan Alvin yang terlihat akrab. Sejak kapan
agni begitu akrabnya dengan Alvin?
“ag…
gue…”
“Ag,
gue laper nih. Kita sarapan dulu yuk di kantin. Yuk ah” Alvin menggeret lengan
agni paksa. Agni tak ingin meronta,karena air matanya sendiri berlomba lomba
ingin keluar dari pelupuk matanya. Hanya karena pemuda yang sedang berusaha
berbicara padanya, cakka.
Cakka
menatap pemandangan itu bingung. Antara tak suka, dan lega. Melihat gelagat
agni yang seperti ingin menjauhinya, ia diam diam merasa lega. Karena bisa
menjauhi agni tanpa kentara. Sedangkan tak suka,ketika melihat sosok Alvin ada
disamping agni.
Alvin
menghentikan langkahnya, menoleh kearah agni yang sudah terisak hebat. “sabar,
ya. gue tau kok perasaan lo.” Ujar Alvin sambil menghela napas.
“lo
nggak tau vin. Lo nggak akan pernah tau..”
“lo
lupa? Gue sama-sama ada dipihak lo. Di posisi lo. Gue dan sivia. Dan lo dengan
cakka. sederhana,kan?”
Agni
menatap Alvin . pandangannya mulai mengabur tertutup selaput bening yang mulai
mengalir. Alvin menggenggam tangan agni erat, dan menghembuskan napas berat.
**
Aku
ingat saat pertama kami bertemu,suatu kebetulan yang tak pernah ku ketahui akan
begitu membekas dan berarti. Awalnya, hanya sebuah perkenalan singkat,lalu kami
berkirim pesan dan kami menjadi cukup
dekat. Satu bulan,dua bulan, tiga bulan berlalu tiba-tiba perasaan itu muncul.
Perasaan yang berlalu tak bisa aku hindari. Lucu ketika mengingat semuanya
terjadi secara tidak sengaja. Sesuatu yang awalnya biasa menjadi begitu
berarti. Empat bulan,lima bulan, enam bulan,aku menyadari bahwa aku benar-benar
menyayanginya. Namun segala sesuatu tentu berubah bukan? People change,
feelings change. Sometimes when people grow, they grow apart. He turned my
world upside down.
**
Sudah
hampir dua bulan agni mati-matian menghindari Cakka. dan tentu cakka tidak
keberatan, karena sesuai janjinya pada sivia,dia tidak perlu lagi berada dalam
jarak dekat dengan agni. Dan selama dua bulan itulah, agni menemukan sahabat
baru. Alvin. Walaupun Alvin dan dia mengalami persamaan nasib,Alvin sama sekali
tidak terlihat terluka seperti agni.
Selama
dua bulan terakhir ini agni mendiamkan cakka. bicara jika ada hal penting saja.
Dan lebih sering menghabiskan waktu luangnya bersama Alvin. Alvin tidak jago
basket seperti cakka. tapi Alvin jago lari. Mungkin karena kebanyakan menjaili
orang orang disekitarnya dan menjadi kepala gangster sekolahnya,Alvin menjadi
sangat gesit dengan olahraga yang satu itu. Agni bahkan tak percaya bahwa
pentolan gangster yang paling ditakuti di sekolahnya kelakuan Alvin bisa
seabsurd itu.
“cakka
sama sivia putus ya? wah, berita bagus dong!” pekik dea pada oik yang ada
didepannya.
Agni
dan Alvin yang sedang makan bakso bersama pun menghentikan aktifitasnya. Lalu
menoleh bersamaan kearah suara.
“Iya,
mereka putus. Dua hari yang lalu. Kasian ya? si cakka kayaknya stress berat
tuh. apalagi sahabatnya, si agni, ngejauhin dia. apa gara-gara cakka keasyikan
pacaran sama sivia ya?”
Dea
mengedikkan bahunya. “tapi bisa jadi .mereka sih,nempel mulu kaya perangko.
Siapa juga yang mau deket deket mereka. Gue sih,bakal ngelakuin hal yang sama
kaya agni.”
Agni
bangkit dari duduknya. Membuat dea dan oik melotot kaget melihat target yang
mereka bicarakan ada dibelakangnya. Alvin langsung mengejar agni.
“Lo
kenapa? Bukannya ini kabar bagus?”
“kabar
bagus?” tanya agni tak berselera
“iya,.ini
kabar bagus. Lo bisa balik sama cakka. dan gue bisa sama sivia. Bukannya
bagus,ya?”
“lo
nggak ngerti vin…” agni menghentikan langkahnya dan menggapai kursi yang tak
jauh darinya. “…gue ssayang sama cakka itu tulus,gue lebih milih sahabatan aja.
Biar nggak ada kata putus. Biar nggak jauh dari cakka. “
“Ag..n..i…?”
cakka membeku ditempatnya, tak jauh dari agni dan Alvin yang sedag duduk berdua
di lapangan.
“c…ak..ka…”
lirih agni tak kalah kagetnya melihat orang yang menjauhinya selama ini berada
didepannya.
Alvin
hanya menoleh sekilas,lalu melengos.
“l..o…”
cakka meneguk ludahnya. Agni hanya menunduk dalam diam.
~~
“Jadi
lo udah tau perasan gue sekarang. Gue nggak pengen karena lo tau
ini,persahabatan kita rusak. Gue pengen kita kaya dulu,nggak usah peduliin
perasaan gue. Karena gue udah nggak papa.”
Cakka
menghela napasnya,”maaf ag kalo gue nggak pernah peka”
“nggak
papa. Bukan salah lo. Ini salah gue. Nggak harusnya gue punya perasaan sama
lo,sahabat gue sendiri.”
Cakka
menyandarkan kepalanya pada bahu agni,seperti kebiasaannya setiap bersantai
dengan agni di lapangan basket rumah cakka.
“gue
salah ag. Gue nggak bisa dibilang sahabat yang baik karena gue nggak bisa
ngertiin lo. Nggak bisa tau perasaan lo. Dan gue salah,udah ngejauhin lo
beberapa bulan terakhir ini. gue nggak tau harus mulai darimana,gue minder. Lo
udah ada Alvin. Sedangkan gue dengan bodoh nya nyia-nyiain lo. Gue…gue…”
“udah,kka.
Gue nggak papa,kok. Lo nggak perlu sungkan gini ,lagi. kita hampir tiga tahun
sahabatan. Tiga tahun tuh bukan umur yang panjang, ibaratnya kita masih kaya
nasi yang belum mateng. Tapi,tiga tahun juga bukan umur yang singkat. Kita
masih sama-sama belajar memahami, dan memaafkan. Mau kita kaya gimanapun,kita
tetep sahabat.”
Cakka
tersenyum lalu mengacak-acak rambut agni. “makasih,agni”
“anytime,kka”
agni tersneyum penuh kelegaan. Lalu ia menoleh “jadi,gimana bisa lo putus sama
sivia? Mengingat lo dan dia hampir setengah tahun pacaran?”
“dia
selingkuh sama Rio, sepupunya Alvin.”
Kening
agni berkerut, “rio? Sodaranya Alvin?”
Cakka
mengangguk. “selama ini, sivia terkenal player. Dari SMP, dia nggak pernah
cukup kalo punya satu cowok. Mantannya segudang. Mantan gebetannya juga
segudang. Alvin adalah korban PHP sivia. Dan gue juga. Bodohnya gue nurutin
kemauannya sivia buat ngorbanin persahabatan. Maaf ag. Gue dibutain sama cinta.
Maaf ag,beribu maaf”
Agni
terkekeh “udah lah kka,ngapain lo mintaa maaf terus ke gue. Gue udah maafin lo
kok.”
“sekalii
lagi thanks, ag. Gue bukan apa-apa tanpa lo.”
Agni
tersenyum tipis. Mulai menikmati desau angin yang menerpa wajahnya.
~~
♫ Saat berjumpa dan kau menyapa indah parasmu
hangatkan suasana
Buatku tak percaya mimpi indahku jadi nyata
Saat sendiri jalani hari bayang bayangmu slalu
menghampiri
Dan aku pun mengerti apa maunya hati ini…♫
**
Kamu
tahu rasanya ketika seseorang yang sangat berarti tiba-tiba pergi dari hidupmu?
Kecewa, sedih. Kamu tahu ketika orang itu pergi dan kita berusaha melupakannya
namun seketika dia hadir lagi? sulit. Dia selalu begitu,detik ini dia
datang,detik berikutnya ia pergi. Tapi aku tidak peduli. Aku masih
disini,menunggunya.
**
“Ag
tau nggak anak pindahan di kelas gueitu?
Cantik, ya?” ujar cakka suatu hari.
Agni
hanya menghembuskan napas berat sambil mengangguk tak acuh
“kalo
gue pedekate sama dia, lo keberatan
nggak?”
HAH!
PEDEKATE? TENTU AJA KEBERATAN!!! Teriak agni dalam hatinya.
“Ag?
Kok diem?”
Agni
tersneyum tipis,”nggak kok kka. Lagian,dia baik banget sama kita. Kenapa harus
keberatan?”
“beneran
ag?? Lo nggak keberatan?”
Agni
mengangguk terpaksa. Merutuki kebodohannya yang sudah entahlah yang keberapa
kalinya menyetujui cakka dekat dengan gadis manapun.
Hari
ini menginjakk bulan kedua mereka berkuliah di salah satu universitas swasta
kota mereka. Agni pada jurusan Ekonomi, dan cakka Hukum. Mereka masih tetap
bersahabat. seperti dulu. Cakka yang sering bergonta-ganti pacar. Agni yang
masih terus-terusan berharap cakka bisa mengerti perasaannya. Alvin yang masih
bersahabat bahkan sekelas dengan agni di kampus.
Sejak
putusnya cakka dan sivia, cakka berubah. Dia memang tidak menjauhi agni,tapi
dia sering bergonta ganti pacar. Karena sepertinya ia terlalu sayang pada
sivia. Hingga mencari pengganti sivia sangatlah susah.
♫ Namun tiba tiba kau ada
yang punya hati ini terluka
Sungguh kecewa ingin ku berkata…♫
~~
“Kenapa
lagi? kok kusem terus sih wajah lo akhir akhi ini?” tanya Alvin pada agni
setibanya mereka di tepi danau. Seperti setahun yang lalu.
“cakka
suka sama shilla, anak baru dikelasnya”
Alvin
menyerngit, “kok gitu? Bukannya..”
“percuma
vin. Dia nggak pernah bisa ngehargai perasaan gue. Gue ini bodoh banget. Nggak
bisa ngilangin perasaan gue ke dia. bingung deh guenya. Padahal dia berkali
kali nyakitin gue. Kenapa ujung ujungnya gue balik ke dia? uurgh pengen banget
gue buang hati gue biar nggak berfungsi lagi. biar nggak punya hati.”
Alvin
terkekeh “jangan. Tampang lo aja udah serem. Apalagi kalo lo nggak punya hati”
“sabodo
deh”
Alvin
menghentikan tawanya lalu menatap agni, “lo fikir fikir dulu,beneran mau
ngilangin perasaan ke cakka atau nggak. Lo harus mantep,kalo lo nggak mantep
sama keputusan lo,lo bisa goyah dan makin
terpuruuk,lho.”
♫ Kasih maafkan bila aku
jatuh cinta
Maaf bila saja ku suka saat kau ada yang punya
Haruskah ku pendam rasa ini saja ataukah ku teruskan
saja
Hingga kau meninggalkannya dan kita bersama…♫
“apa…sampe
sekarnag lo masih punya prasaan sama sivia?”
Alvin
berdecak “dia udah bahagia sama sepupu gue. So? Buat apa gue terus terusan
sedih dibalik kebahagiaan sodara gue sendiri? lagian,cewek kan banyak. Nggak
Cuma sivia. Gue nggak mau dong stuck di satu orang aja. Hidup gue masih
panjang,kali. Mana mungkin gue sebodoh itu dengan menghabiskan seluruh sisa
hidup gue buat nungguin sivia”
“lo
nyindir gue?”
Alvin
meringis, “piss. Tapi ya ag,gue Cuma heran aja. Cakka selalu dateng disaat dia
tengkar sama cewek-ceweknya. Itu kaya manfaatin lo, karena Cakka udah tau
perasaan lo yang sebenernya dari mulut lo sendiri. anehnya, kenapa cakka nggak
pernah ngerti? Paling nggak, berusaha ngerti. Kenapa cakka cari cewek lain
padahal jelas jelas didepannya udah ada cewek yang cinta dia mati matian,
ngorbanin perasaannya berkali kali…”
“udah
ahh gue males bahas ini. sekarang,lo ajarin gue move on dari cakka ya?”
“Oke!
Siap jenderal! Hahaha”
Mereka
menghabiskan sepanjang sore tertawa di tepian danau.
♫ Akankah ada kesempatan
Untuk diriku menyatakan rasa yang slama ini ada…♫
(HIVI!
– Orang ketiga)
**
Enam
bulan setelahnya, dia benar-benar pergi. Dia mendapatkan seseorang, namun orang
itu bukanlah aku. Sedih? Sudah pasti. Namun rasa sayangku masih lebih kuat
untuknya,terlalu naïf memang. Tapi aku merasa dia yang terbaik untukku, dia akan kembali padaku,
mungkin tidak saat ini tapi dia pasti kembali padaku. Sugesti-sugesti seperti
itu yang selalu aku terapkan, namun kenyataannya seperti memusuhiku. Memang
benar terkadang apa yang kita harapkan tidak sesuai dengan kenyaataan. Lalu aku
sampai pada titik lelah. Mengetahui kenyataan bahwa ia takkan kembali.
**
Agni
menangis tak henti-hentinya. Membuat Alvin kelimpungan mencari cara membuat
agni terdiam. Undagan itu tersebar di seluruh angkatan mereka. Orang orang
terdekat cakka selama SMP, SMA , hingga kuliah. Undangan pertunangan cakka dan
shilla yang sampai pada tangan agni pagi ini membuat seluruh pertahanan agni
runtuh.
Ia
terima,jika cakka berganti ganti pacar. Ia terima,kalau harus dinomor duakan.
Ia terima,jika cakka pacaran didepannya. Tapi pertunangan? Agni bahkan tidak pernah berfikir cakka dan shilla bisa
seserius itu.
Alvin
yang mengetahui perjalanan hidup agni selama hampir dua tahun ini selalu setia
berada disamping agni. Menenangkan agni. Menguatkan agni. Segalanya. Alvin
punya sesuatu yang tidak dipunyai cakka untuk agni. Kepedulian. Perasaan.
Kepekaan. Semuanya.
Alvin
yang mukai khawatir dengan keadaan agni pun memeluk agni. “ag udah dong ag,lo
udah dua hari nangis kaya gini tiap ketemu gue. Lo harus kuat ag. Lo tunjukin
sama cakka kalo lo kuat. Kalo cakka bakal nyesel nyianyiain lo. Lo bukan agni
yang gue kenal. Gue pengen lo ceria.. lo…”
“udah
cukup vin kepurapuraan gue sama hidup! Gue udah nggak kuat lagi pura pura
ceria. Pura pura bahagia. Cukup ngeliat cakka ngabaiin gue dari hatinya aja
udah bikin gue sakit banget, lah ini? dia mau tunangan vin! Tunangan!!” agni
mulai histeris sendiri
Alvin
menepuk bahu agni. “ag, gue yakin lo bisa laluin ini semua. Gue aja bisa,masa
lo nggak bisa?”
“vin,lo
cowok dan gue cewek.kita beda.”
“ohya?
Oke., gue akuin kita beda. Gue kenal sivia dari lahir,sedangkan lo kenal cakka
pas masuk SMA. Gue suka sivia pas kelas 3 SD, lo suka cakka kelas 1 SMA. Gue di
buat pelampiasan sama sivia selama hampir 6 tahun, dia dateng dan pergi dari
hidup gue gitu aja, sedangkan lo baru 3 tahun. Iya, kita emang beda. Luka yang
kita punya juga beda.”
Agni
menatap Alvin lama, bingung mau menanggapi apa. Tangan Alvin bergerak menghapus
air matanya. “gue tau lo terluka. Gue juga sama terlukanya sama lo, dulu.
Sebelum gue kenal sama lo. Sebelum gue jadi sahabat lo.”
Agni
yang tak mengerti arah pembicaraan Alvin hanya menatap Alvin dalam diam.
“Gue
bisa setegar ini ngejalanin hidup gue,karena lo. Agni. Kalo nggak ada lo,nggak
bakal ada Alvin yang sekarang. Kalo nggak ada lo,mungkin gue udah nggak ada
lagi didunia ini malah. Apa lo nggak mau ta perasaan gue saat liat lo kaya
gini? Lo hancur,gue juga hancur ag. Hancur banget ngeliat orang yang kita
sayang nangisin orang lain…”
Agni
mengerjapkan matanya,bingung dnegan pendengarannya. Apakah ia budek? Atau
sedang bermimpi?
“agni…
lo adalah orang yang Tuhan kirim buat gue, untuk ngisi kekosongan hati gue.
Semua udah rencana Tuhan, ketemuin kita berdua sore itu. Bikin kita sahabatan.
Bikin kita deket. Dan semuanya. Semua yang kita lalui. Gue tau,Tuhan punya
rencana lain di balik itu…”
Masih
dengan keterdiaman agni,Alvin melanjutkan “Maka dari itu. Maukan lo menata masa
depan lo sama gue, ag? Kita bangun semuanya dari nol. Gue tau,ngilangin
perasaan ke seseorang nggak semudah membalik telapak tangan. Tapi… gue nggak
mau dibilang pengecut karena lebih melindungi persahabatan daripada perassaan
gue. Gue Cuma pengen buktiin,kalo gue nggak akan ngulan kesalahan yang sama gue
dulu, buat hari ini,detik ini. gue Cuma
pengen lo tau,kalo gue disini,juga sayang sama lo. Gue cinta sama lo. Sesuatu
yang nggak cakka punya buat lo.”
“a..l..v..i..n…”
Alvin
merengkuh agni lagi dalam pelukannya. “Gue nggak mau lihat lo nangis buat
cakka, ag”
Ntah
ada angin apa,agni mengangguk dalam dekapan Alvin. Lalu dengan tekad yang
bulat,agni berbisik “ajarin gue… mencintai lo,Alvin…”
**
Aku
terlalu bodoh karena tidak bisa melihat kebahagiaan dalam sisi yang lain.
Karena selama ini yang aku tahu, kebahagiaan ku adalah dia. terkadang Tuhan
membanting kita jatuh untuk menyadarkan kita bahwa apa yang kita pertahankan
selama ini salah. Aku sayang dia,tapi
bagaimana dengannya? Dan aku pun sadar bahwa titik puncak tertinggi
cinta itu ketika merelakan kepergiannya.
**
“selamat
ya! sahabat gue udah jadi ibu-ibu sekarang hihi” ujar cakka sambil meringis.
“lo
apaan deh kka, hehehe itu istri lo udah punya anak berapa? Sebelas?”
Cakka
menjitak agni gemas “Lo kira pemaen sepak bola!!”
Agni
tertawa, “lah lo dulu pernah bilang sama gue,kalo udah nikah,pengen punya anak
sebelas”
“hahaha
kalo diinget inget lucu juga ya masalalu kita? Lo berusaha nyadarin gue,gue
berusaha menghindar. Gue emang takut persahabatan kita rusak,ag. Bukan karena
gue nggak ada perasaan sama lo. Gue ada… tapi…gue nggak rela kalo perasaan gue
sama lo berakhir dengan nama CINTA. Gue nggak mau ada hubungan spesial antara
kita. Dan gue tau,takdir bener bener memilih kemana cinta itu berlabuh. Gue
dengan shilla,lo dan Alvin. Tuhan adil, kan?”
Agni
tersenyum “iya kka, gue terlalu fokus sama cinta gue ke lo, selalu nyalahin
diri gue sendiri yang bodoh mengharap lo,selalu ngeluh karena lo nggak peka.
sampe sampe nggak pernah sadar kalo gue sendiri nggak peka. Sampe nggak sadar
kalo ada orang bodoh lainnya yang mengharapkan gue. Sebenernya gue sama lo sama
aja”
“nggak
lah! Kalo sama aja,aku nggak bakal mau
nikah sama kamu” ujar Alvin yang tau-tau sudah berada diambang pintu bersama
shilla.
“kalian…”
kaget agni
“dengerin
semua??” tanya cakka tak kalah kagetnya
Alvin
dan shilla meringis lalu mendekat. Shilla bersama seorang anak laki laki kecil
berusia satu tahun empat bulan. Sedangkan Alvin dengan sekresek snack
ditangannya.
“sekarang
udah tau kan,mana cinta sejati dan jodoh kita masing-masing? Kalopun kita
dibuat sakit di awalnya,kita bakal diberi keindahan pada akhirnya. Tuhan nggak
buta,nggak tuli kok. Selama kita berusaha,apa yang kita pengen juga tercapai.”
Cakka
agni dan shilla tersenyum kepada Alvin. Alvin hanya menggaruk kepalanya yang
tidak gatal karena salah tingkah ditatap ketiga orang sekaligus.
“anak
kalian mau di namain siapa?”
“Marsha…”
jawab agni dan Alvin kompak
“gimana
kalo kita jodohin anak kita aja?” usul shilla jahil
“jodohin?”
Shilla
mengangguk “marsha dan rafli… kalian berdua bakal jadi pasangan di masadepan
nanti.” Ujarnya sambil menerawang
Agni
cakka dan Alvin mengangguk angguk setuju.
******
HEYHEY!!!
GIMANA GIMANA?? BAGUS NGGAK?
Hehehe
ini copas dan nggak copas. Maksudnya?? Heheh jadi gini. Ada cerpen dari kak
Clara Fides,tanpa dialog dan cerita. Cuma kesimpulan aja. Nah,saya yang punya
inisiatif buat memanjangkan ceritanya. Dan TADAAA!!!! Dalam tiga jam,cerita ini
selesai. Fiuuh..
Maaf
ya kalo nggak nyambung atau kurang gimana gitu soalnya iseng-iseng nulisnya
hehehe.
LIKE
COMMENT WAJIB! Jangan jadi silent reader! Oke?
Kritik
saran diterima. Wall, comment, twitter juga terbuka buat kalian hehe
Follow
twitter saya @achaDG mention for followback thanks :*