24 Januari 2013

CINTA. Chapter 2

Author POV

Ray dan Sion sudah sibuk kesana kemari membagikan pamflet pensi. Guest star yang dipilih oleh gabriel cs adalah Vierra, Maliq d'essential, Mocca, The finest tree, dan band sekolah mereka, SIB.

Dibuka dengan acara bazar, dilanjutkan oleh dance cover dan lomba tanding basket serta futsal antar kelas, lalu dilanjutkan dengan penampilan para guest star, dan ditutup dengan pelepasan balon dan juga kembang api.

Ify cs mengurus proposal yang sudah siap untuk dibubuhi tanda tangan oleh pembina osis juga kepala sekolah.

Shilla cs sudah mempromosikan pensi ini di seluruh social network SMA Tarumanegara. Dan sukses. Banyak dari sekolah lain yang berminat turut memeriahkan pensi SMA Tarumanegara yang bertema "Everlasting Goodbye".

Rio yang perannya hampir separuh dari seluruh rangkaian acara ini disibukkan oleh berbagai macam tugas. Mengecek semua proposal, mengedit pamflet yang akan di bagikan, memantau testimonial di email, blog, website, facebook, twitter dan lain lain.

Dua minggu yang mereka targetkan untuk menyelesaikan persiapan pensi telah benar benar siap. Sesuatu yang sama sekali tidak pernah mereka bayangkan akan selesai secepat ini. Jadi pensi bisa dimajukan. Pelaksanaan pensi yang sebenarnya dilaksanakan dua bulan setelah perencanaan dipercepat 3 minggu. Dan itu berarti akan di laksanakan 3 minggu lagi!

Para guest star juga telah di hubungi. Mereka sudah fix mengisi acara pensi SMA Tarumanegara. Sekarang mereka tinggal mencari sponsor. Target seminggu harus selesai.

Belum belum rio sudah mendapatkan sponsor, bantuan dari Cakka, sahabat karibnya sejak SD. Ngga tanggung tanggung. Rio mendapatkan dua sponsor. Tinggal mencari dua sponsor lagi dan barulah mereka benar benar bisa bernapas lega dan beristirahat sejenak.


Rio mengumpulkan anggota osis senior di aula, mulai membagi beberapa tim untuk mencari sponsor.

"Oke gue kumpulin kalian disini, mau minta tolong ketersediaan kalian buat nyari sponSor. Gue udah dapet dua. Ponds sama Sunslik. Target gue sih perusahaan rokok. Bantuannya gede. Tapi kalo gue fikir fikir lagi kayanya ngga deh."

"Kenapa emangnya yo?" Tanya alvin

"Kita kan masih SMA. rokok aja dilarang masuk sekolah ini. Gimana kalo sponsornya rokok? Otomatis bakalan ada stand stand yang ngepromosiin rokoknya, kan? Gue ngga yakin guru guru ngelolosin sponsor dari rokok itu."

Rio mengambil napas sejenak. "Ada yang punya usul?"

"Gimana kalau restoran cepat saji. Kaya mcD atau KFC." Usul ify.

Rio mengangguk angguk."oke gue serahin ke lo fy. Ada lagi yang lain?"

"Gue bakal minta bantuan garlick, distro yang lumayan famous di kalangan abg jaman sekarang" usul shilla.

"Oke lo urus itu ya shill. Fix ya. Kita pake sponsor usulan ify sama shilla. Gue bakal bagi kelompok. Alvin, sivia, gabriel, sion lo bantuin ify buat proposal dan angel, dayat, abner dan gue , bakalan bantu shilla urusin semuanya."

"Kok ngga ngelibatin anak kelas satu sama dua?" Sion buka suara

"Karena mereka ngga pengalaman buat cari sponsor. Lagian kan ini acara usulan kita. Otomatis kita punya kewajiban 80% ngurusin acara ini dengan jerih payah kita sendiri. Gue yakin acara ini bakal meriah karena gue udah punya kejutan buat lo lo pada."

"Apaan?"

"Dokumenter."

"Hah? Maksudnya?"

Rio tersenyum penuh arti. "Ntar juga bakalan tau."

Semua hanya mengangguk angguk patuh. karna mereka takin kalau rio nggak akan pernah ngecewain mereka.

*****

Ify merasakan hatinya dag dig dug ketika mendengar nama gabriel akan setim dengannya. Para anggota lain memilih gabriel sebagai ketua dan ify sebagai wakil. Bukankah ini jalan termulus menuju kebahagiaan?

shilla sedikit kesal karena ngga satu tim sama gabriel. Tapi karena alasan profesionalitas, akhirnya ia merelakan seseorang yang menurutnya adalah sang belahan jiwanya berpisah dengannya.

"Fy ini proposalnya udah selese. " ujar alvin dan sivia.

"Wah thanks ya. udah di revisi kan?" Tanya ify

Sion mengangguk. "Tinggal cus aja ke tempatnya. Lo berdua kan yang kesana?"

Gabriel mengangguk. "Kita berangkat pulang sekolah ya fy. Lo sama gue aja naek motor gue."

Ify meneguk ludah. Menjaga jarak dengan gabriel selama tiga hari ini mati matian ify lakukan. Sekarang malah berangkat ke restoran siap saji pake motor. bayangin aja seberapa jarak yang tercipta nantinya. Bisa bisa ify makin klepek klepek sama gabriel.

'Kalo sampai yang lain mulai nyadar sama perasaanku ke gabriel kaya rio gimana? Apa reaksi gabriel yang selama ini fine fine aja karena ngga memandangku sebagai salah satu fansnya?' Batin ify gusar.

"Woi! Ngelamun mulu sih."

Sivia yang menepuk bahu ify sempat membuat ify tersentak. Pandangan ke empat orang didepannya menyadarkan ify untuk segera memberi jawaban pada gabriel.

"I..iya terserah lo aja yel."

"Oke. Ntar gue tunggu di parkiran. Tau kan motor gue yang mana?"

Ify mengangguk cepat. Ingin segera buru buru menyudahi rapat dadakan kali ini.

Rapat pun selesai. Ify bernafas lega. Setidaknya untuk sesaat.

*****

Rio menatap proposal yang sudah ia masukkan dalam tas dengan rapi. Senyumnya mengembang. Entah mengapa hari ini ia sangat bersemangat menuju Garlick distro tersebut bersama shilla.

Setelah sampai, mereka berdua segera menemui pemilik distro tersebut. Rio dengan lihainya menjelaskan isi dalam proposal itu. Shilla hanya sesekali menimpali karena rio bisa dibilang tidak butuh bantuan siapa siapa.

Dan tebakan rio tidak meleset. Pihak distro mau menjadi sponsor pensi mereka.

"Hebat juga lo. Ngga nyangka gue." Gumam shilla takjub

Rio mulai menyetir mobilnya menjauhi kompleka distro tadi. "Biasa aja ah"

"Nyesel gue kenapa ngga daridulu seriua masuk osis kalo ternyata mantan ketua osis selihai lo. Cerdas banget penyampaiannya. Gue kira lo cowo kuper yang selalu berusaha nyaingin gabriel."

senyum rio memudar. Ia melirik shilla sebentar. Lalu mulai fokua menyetir lagi.

Karena tidak diberi reaksi apa apa , shilla melanjutkan omongannya. "Apa enaknya sih, hidup dibawah bayang bayang orang lain. Lo berusaha jadi gabriel. Nyaingin dia dalam bidang apa aja. Tapi hasilnya lo selalu ada dibawah gabriel."

"Lo ngomong apaan deh shill." rio berdecak.

"Yo. Public speaking lo bagus. Wawasan lo juga luas. Jiwa kepimpinan lo patut gue acungin jempol. Dan kebertanggung jawaban lo ngga ada duanya. Gue yakin gabriel punya sesuatu yang ngga lo punya. Dan lo punya sesuatu yang ngga gabriel punya. Tiap orang diberi kelebihan dan kelemahannya masing masing. Lo harusnya bersyukur dgn apa yg udah tuhan kasih buat lo."

Rio menghentikan mobilnya. Tetap tak berbicara. sepuluh menit dalam keheningan, shilla menepuk bahu rio lembut.

"Mulai jadilah diri lo sendiri. Lo punya apa yang ngga gabriel punya, yo."

"Apa?"

"Perasaan."

Rio tAk bergeming.

"Sebenernya siapa yang lo kejar? Gabriel, ato orang disekitar gabriel?"

Rio menatap shilla lama. Mengembuskan napasnya berat.

"Kalo gue boleh tau, siapa orang itu?"

Rio tersenyum miris. "Lo tau kan shill."

Shilla membelalak. Rio kembali melajukan mobilnya, lebih tenang daripada sebelumnya.

#####


Ify dan gabriel telah sampai ditempat yang mereka tuju. Bahkan telah menyelesaikan presentasi yang memang sudah mereka planningkan untuk sukses. Dan tebakan mereka berdua memang tak meleset.

Dan disinilah mereka sekarang. Di sebuah kedai kecil dipinggiran kota. Jauh dari keramaian.

Ify mengaduk aduk ice cappuccinonya kaku. Gerakan tubuh ify tak akan pernah bisa santai jika harus berhadapan dengan gabriel. Mungkin faktor peraaaannya, atau memang ke tidak acuhan gabriel yang membuat nyali ify menciut?

"Di minum fy. Jangan dibuat maenan. Ngga baik."

Ify mengangguk sambil terasenyum kaku.

"Gue selalu ngerasa awkward moment kalo lagi berdua sama lo." Ujar gabriel jujur.

"Maksud lo?"

"Gue selalu ngerasa lo ngga pernah jadi diri lo sendiri didepan gue. Lo ngga pernah keliatan relax. Beda didepan rio, alvin, sivia."

"Ah masa sih? Ngga kok yel."

Gabriel menyeringai. "Jangan jangan lo salah satu secret admirer gue ya?" Tebaknya asal

Ify tertohok. Tak mempedulikan nada bercanda diantara ucapan gabriel. Wajahnya memucat. Ntah mengapa perutnya terasa mual. Separah parahnya kenervousan ify pada public speaking, dia ngga akan pernah merasa mual. Tapi dengan satu selentingan pertanyaan gabriel tadi sudah mampu mengaduk aduk perut ify.

"Fy lo sakit? Kok pucet? Gue anter balik sekarang ya?"

"Ngga.. gue ngga papa." Ify memegangi perutnya yang memompa untuk keluar.

"Lo apa apa, ify!! Ayo pulang!"  Gabriel menarik tangan ify dan memapahnya naik keatas motornya. "Pegangan! Gue nggaa jamin lo bisa selamet kalo ngga pegangan"

Dengan ragu ify melingkarkan tangannya di pinggang gabriel. Motor gabriel lambat laun berjalan sedikit lebih pelan.

"Rumah lo dimana?"

"Perumahan Verita. Jalan pasifik nomer 6"

Gabriel mengangguk angguk mengerti. Kebiasaan ify selain mulas sewaktu kelewat nervous adalah migran. Ia merasakan sakit dikepalanya yang amat sangat. Ia yang tak kuat pun akhirnya memejamkan matanya dan tertidur di punggung gabriel. Gabriel yang merasakan jarak nya dengan ify makin terhapus mulai melakukan motornya semakin cepat.

Lampu merah mau tak mau menghentikan gabriel. Samar samar ia mendengar gumaman ify. Tak jelas. Tapi ify terus mengulangi gumaman itu. Gabriel nenbelalak ketika tau siapa yang ify sehutkan dalam ketidak sadarannya. Ify memanggil seseorang. Yang mampu membuat gabriel membeku.

TIN TIN...

Klakson mobil dibelakang gabriel menyudahi ketercengangannya

****

Gabriel terdiam dikamarnya. Usai mengantar ify, fikirannya melayang kemana mana. Ia tak pernah menyangka mampu menjadi orang nomor satu yang mengisi relung hati ify. Ia sama sekali tidak tahu menahu perihal peraaaan ify padanya karena selama ini ify tak pernah menampakkannya.

Jadi, selama ini sifat ify yang ditunjukkan olehnya adalah perasaan yang menyimpan berjuta juta perasaan campur aduk? Antara senang, gelisah, dan salah tingkah?

Tapi rahang gabriel tiba tiba mengeras ketika mengingat.gumaman selanjutnya dari ify. Matanya menerawang. Tangannya terkepal kuat. Dia harus segera membuka semuanya. Ia sudah tak tahan lagi. Setidaknya, ia tidak sebodoh ify yang mau maunya menyimpan rahasia sebesar itu sendirian.

"Fy, tenang aja. Gue bakal lindungin lo mulai sekarang. Gue ngga akan biarin lo sendiri."

****

Jam masih menunjukkan pukul enam kurang lima, tapi seorang rio sudab mendribble bola basketnya dengan lincah diatas lapangan. Ia mulai melakukan lay up dan memasukkan bola basketnya dalam ring.

Gabriel langsung menerjang rio sesudah itu.

Semua murid SMA Tarumanegara yang kebetulan ada di sekitar lapangan langsung menggerombol menjadi satu dan mulai menontoni gabriel vs rio.

"Gabriel! Lo apa apaan sih!"

"Diem lo bangsat!" Gabriel meninju pelipis rio, hidung rio, hingga mengeluarkan sedikit darah.

"Lo apa apaan? Kalo ada masalah, omongin secara gentle! Lo tuh kaya chicken tau ngga!"

Gabriel berhenti memukul rio. Lalu tertawa keras. "Chicken? Kalo ngomong soal chicken, itu kan jagonya lo! Gue cuma meniru kechickenan lo!"

"Apaan sih yel? Lo mabok? Lo ada masalah apa sama rio?" Alvin yang ada disana melerai rio dan gabriel

"Lo ngga usah ikut campur! Ini masalah gue sama rio!"

"Tapi lo udah jadi tontonan satu sekolah! Lo mau di skors gara gara ini? Kita selesein nanti, pulang sekolah di lapangan kutai. Gue bakal jamin rio kesana." Alvin pun membantu rio berdiri dan memapah rio untuk berjalan.

Gabriel duduk bersimpuh diatas tanah. Lalu tiba tiba selelebat bayangan prissy menepuk bahunya lembut

"Apa gue salah buat mengungkap kebenaran, priss?"

Bayangan prissy tersenyum manis. Lalu bangkit menggandeng tangan gabriel. Masih dengan perasaan frustasi yang lebih mendingan  , ia mengikuti kemana arah prissy pergi.

Dan tibalah dia di halte bus dekat sekolah. Rasanya seperti deja vu, sudah berkali kali oa mimpi seperti ini. Apakah ini mimpi? Ia sendiri juga tidak tau.

Ia melihat empat anak SMA dengan badge yang dicoret, tapi ia bisa melihatnya. SMA Bhakti Negara. SMA yang hanya 1 km dari sekolah mereka.

Seorang gadis berambut panjang menyerupai prissy sedang sendirian di halte tersebut. Firasat gabriel tak enak ketika salah satu dari mereka mendekat dan mulai merampok sang gadis.

"Selamatkanlah selagi bisa, gab. Gue yakin lo selama ini hidup dengan perasaan bersalah karena ngga bisa nolongin gue dulu." Ucap prissy lembut

Gabriel tertegun. Lalu mengangguk dan berlari kencang menuju gadis tadi. Hatinya mencelos ketika tau siapa yang ada disana. Ify!

"Lepasin! Jangan deketin gue!" Ify meronta ronta

"Lo diem deh mendingan serahin semua barang berharga lo. " todong salah satunya.

Ify menggeleng keras dan memeluk tasnya kuat kuat. "Ngga mau!!"

Salah satu anak SMA bhakti negara yang akan menampar ify, tiba tiba ambruk. Semua serentak menoleh kearah pemuda yang dengan berani, atau lebih tepatnya sok berani, menginjak ranjau.

"Ify! Pergi dari sini!" Bentak gabriel.

Ify membuka matanya dan tubuhnya kaku melihat gabriel disini. kalau gabriel tau, entahlah bagaimana keadaan selanjutnya. Ify dengan refleks langsung berlari.

Semuanya menatap gabriel geram. Dan mencoba memukul gabriel dengan segala cara. Gabriel yg kalah jumlah otomatis limbung karena tidak kuatnya pertahanan yang ia punya. Ia jatuh dengan keadaan babak belur.

'Kalopun lo mau ngajak gue pergi bersana lo, gue siap, priss' batin gabriel sambil terus menikmati pukulan demi pukulan yang di layangkan oleh keempat anak Bhakti negara.

*****

"Toloonggg!! Rio! Alvin! Ga.. gabriel.. d..dia.."

Ify kebingungan antara menyelaraskan napasnya dengan kata kata yang sudah tersusun rapi di otaknya. Ify mematung begitu melihat muka rio yang babak belur juga.

"Gabriel? Kenapa gabriel? Ada apa?" Alvin mulai panik.

"Gabriel..diserang anak bhakti mulia..ber empat.."

"Dimana gabriel sekarang?!!!" Bentak rio tak sadar.

dengan tergagap ify menjawab. "Ha..lte...se..bel..ah..s..e..ko..lah.."

Rio dan alvin langsung berlari keluar.

****

Tidak ada komentar:

Posting Komentar