23 Januari 2013

CINTA. Chapter 1.

Aku mencintainya diam diam. Mendadak beku ketika senyumannya yang ramah itu menyapaku. Mendadak mematung ketika ia tengah sibuk menghibur sahabat sahabatnya yang sedang sedih.

Gabriel Raditya. Salah satu siswa kebanggaan SMA Tarumanegara. Prestasi akademis maupun non akademis berhasil disabetnya. Selain kecerdasannya yang melegenda itu, dia juga seorang pangeran SMA Tarumanegara.

Hidup ditengah keluarga sederhana yang humoris dan juga ramah, lalu menjadi kebanggaan ekskul Basket serta Band, juga salah satu pemuda paling tampan disekolahnya. Siapa yang ngga bakal klepek klepek dibuatnya?

Tapi bukan rahasia lagi jika Gabriel sama sekali tidak berminat untuk pacaran. Baginya, selain cinta dari keluarga dan sahabatnya, ngga ada lagi yang bener bener bisa disebut cinta. Luka masalalu yang kelam membuatnya trauma dan ngga percaya dengan cinta.

Banyak yang mengejar gabriel. Ada yang menyukainya diam diam seperti aku, atau menunjukkan perasaan pada gabriel secara terang terangan seperti Ashilla, kapten cheers.

"Gue duluan ya. Ini tugas gue. Byeee " ujar gabriel yang sudah menyambar tasnya dan meninggalkan ruang osis.

"Kayanya buru buru amat sih gabriel hari ini. Ada apaan emang?! " tanya sivia heran

"Hari peringatan setahun kematian Prissy, vi." Jawab alvin santai.

Aku menghela napas berat. Menatap sosok gabroel yang mulai menghilang dari sana dengan nanar.

*****

"Yak waktunya sudah habis anak anak. Silahkan dikumpulkan." Ujar bu Winda.

Dengan langkah gontai aku berjalan menuju bu winda. Berharap keajaiban tiba tiba datang dan membuat dua nomor ulangan dadakan itu terisi, atau membuat bu winda terkecoh sehingga tidak menyadari bahwa dua dari sepuluh soal yang beliau berikan tak berhasil terjawab olehku.

"Cemberut aja. Kenapa fy?"

Aku terlonjak kaget mendapati gabriel telah ada didepanku, sekitar 30 cm dari tempatku duduk.

Mendadak tubuhku seperti membeku, tak mampu digerakkan. Organ ku menolak untuk berfungsi normal. Hanya seulas senyum kaku yang spontan bereaksi.

"Nyeh ditanyain malah ngga jawab."

Aku meringis kaku lagi. "Tadi ada ulangan dadakan. Dan gue belum jawab dua nomor terakhir. Yaa.... nyesek deh jadinya." Kataku gugup.

Gabriel terkekeh "masa cuma gara gara ngga bisa ngerjain dua soal aja sampe gagap gitu. Relax aja kali fy. Masih ada laen waktu kok buat lo bisa ngejawab semua soal."

Aku hanya mengangguk. Bingung menanggapi apa.

Tiba tiba suara membosankan menggema didalam ruangan osis ini. "Gabriel! Aku nyariin kamu tau ngga.!"

Siapa lagi kalau bukan Shilla. Cuma dia yang berani frontal nunjukin perasaan nya ke gabriel. Dan dia sering banget gangguin gabriel pas gabriel lagi sibuk sibuknya. Udah di tolak berkali kali ngga pernah bikin shilla kapok. Justru makin menggencatkan senjata.

"Lo ngapain disini?" Tanya gabriel tak acuh

"Aku tuh nyariin kamu tau ngga. Kamu kemana aja sih? Aku kan kangen, gab."

"mendingan lo pergi deh shill. Emped banget gue liat muka lo. " sinis gabriel. Hahaha mampus lo shill!

"Gabriel! Kamu kok..."

"Udah lah shill turutin aja. Daripada lo ngga utuh lagi pas pulang sekolah nanti." Ujar rio yang entah sejak kapan berdiri diambang pintu.

Shilla berdecak kesal lalu beranjak darisana.

"Thanks. " sahut gabriel sambil menepuk pundak rio yang melewatinya.

***

"Ngelamun aja lo fy. Ngelamunin apaan sih." Goda suara baritone yang sangat ku hafal karena hampir dua jam terakhir menggema didalam telinganya dalam rapat osis acara pensi sekolahku. Rio.

"Sok tau lo."

Rio terkekeh. "Ngelamunin gabriel kan?"

Aku memucat. Tersentak mendengar pertanyaan rio.

"Lo suka ya sama gabriel? Gue saranin deh. Jangan. Lo tau sendiri kan gabriel itu gimana."

Aku melengos. Aku sudah cukup tau. Jangan di ingatkan lagi. Jangan diberitau lagi. Jangan....

"Hatinya dia serahin sepenuhnya biat Prissy, fy. Ngga bakal ada lagi ruang buat orang lain."

"Gue ngga berminat buat ngisi hati gabriel. Apalagi ngegantiin posisi Prissy." Jawabku tegas.

"Gue cuma ingetin lo aja kok fy. Santai lah." Rio mengeluarkan handphonenya. Lalu kembali bicara. "Prissy aja udah ngga ada. Dan gabriel masih nyimpen perasaan segede itu buat orang yang udah ngga ada. Bayangin lah gimana cintanya gabriel sama prissy."

"Gue udah sangat tau, mario."

Rio tersenyum tipis. "Sadar fy. Jangan terlalu terobsesi sama gabriel. Sampe lo jadi buta sama orang disekeliling lo."

"Maksud lo?"

"Ada orang disekeliling lo yang sayang sama lo ngelebihin sayang lo ke gabriel. Tapi lo ngga sadar. Sehingga saat orang yang sayang sama lo itu mulai lelah, dia jadi berhenti menyayangi lo. Dan lo bakal nyesel kehilangan orang yang sayang sama lo saat lo bener bener menyadari kehadirannya bisa merubah kehidupan lo."

"Siapa sih?"

Rio mengedikkan bahunya. "Maka dari itu buka mata lo lebar lebar. Good luck!" Rio menepuk punggungku dan beranjak darisana meninggalkan ku sendiri dengan fikiran berkecamuk penuh tanda tanya. Maksudnya apaan, sih?

*****

Gabriel POV

kemarin adalah genapnya setahun kematian Prissy. Ngga tau kenapa, walaupun prissy udah ngga ada, gue selalu ngerasa kalau Prissy selalu ada dideket gue kemanapun gue pergi. Gue masih bisa dengerin ocehannya prissy saat gue dideketin sama cewek cewek satu sekolah.

Gue masih ngerasa terikat sama prissy. Tanpa pernah peduli kalau prissy udah ngga ada. Gue ngga peduli. Selama gue masih ngerasa prissy ada dideket gue, gue ngga akan ngehapus perasaan gue buat dia.

Berat nerima kenyataan bahwa satu satunya orang yang gue cintai pergi ninggalin gue dengan cara yang mengenaskan. Prissy dirampok di halte yang ngga jauh dari sekolah. Karena prissy jago beladiri, prissy nyoba ngelawan mereka dengan jurus jurus taekwondo yang sua pelajari.

Tapi, karena dia kalah jumlah dan kalah gender, dia pun di tusuk oleh pisau salah satu preman tersebut. Yang terjadi adalah kematian prissy di tempat. Sampe sekarang  gue ngga pernah tau siapa preman yang ngebunuh prissy. Menurut orang orang yang jadi saksi, pelakunya itu 4 anak SMA sebelah. Tapi gue ngga pernah tau siapa mereka.

"Gabriel..." panggil suara memuakkan yang bikin hari hari gue lebih suram dari sebelumnya.

"Lo hobi banget sih ngintilin gue kemana mana. Enek banget gue ngeliat lo."

shilla cemberut. "Aku kan lagi berusaha bikin kamu suka sama aku, gab. Emangnya salah? Bukannya cinta datang karna terbiasa ya? Mulai sekarang aku mau ngebiasain diri buat deket ama kamu biar kamu bisa cinta sama aku."

Gue berdecak. Cewek yang satu ini emang ngga bisa dikasih tau. Dikerasin nangis. Di lembutin manja. Suara prissy mulai menggema di telinga gue, menyuruh gue buat segera mengusir shilla darsana.

"Whatever. Gue ngga bakal jatuh cinta sama cewe muka tembok kaya lo."

Shilla tersenyum karena menganggap ucapanku tadi sebagai pengibaran bendera kekalahan. Dasar cewek aneh!

****

Hari ini adalah hari kedua anak anak osis mulai ngebut bikin proposal dan segala perlengkapan pensi. Satu satunya acara bergengsi disekolah gue. Juga salah aatu persembahan osis angkatan gue yang kurang dari setengah tahun lagi bakalan lulus. Sebenernya ini acara osis junior. Tapi osis senior kaya kita masih ngga bisa percaya sama kinerja osis junior jadi kita sepakat buat ikutan ngurusin acara yang bakal dikerjain 2 bulan lagi

Sivia dan ify yang jadi mantan sekretaris osis sibuk ngurusin proposal sama oik dan keke sekretaris osis junior. Rio si mantan ketos serta angel mantan waketos dan patton di ketos junior serta acha waketos junior sibuk bernego dengan pak duta tentang dana pensi. Gue dan alvin yang jadi mantan sie pensi sibuk berunding sama ozy dan deva perihal guest star yang bakal didatengin. Pokoknya osis serba sibuk hari ini. Ray dan sion sibuk mendesain pamflet.

Ada pemandangan ganjil hari ini. Shilla ada disana, diantara dayat agni dan septian mengurusi website sekolah untuk membuat promosi di website website sekolah. di social network lainnya juga

"Lo ngapain disini?" Tanya gue sambil menarik tangan shilla menjauh darisana. "Jangan coba coba bikin ribut lo disini."

"Gue kan mantan anggota osis juga. Jangan berfikir macem macem napa. Niat gue kan baik, gab. Mau bikin project tahun terakhir kita ini sukses."

Gue melepaskan cengkraman tangan gue dari lengan shilla. Alasan dia bener juga. Gue ngga berhak ngelarang dia buat bantu acara ini kalo dia bisa profesional ngerjain semua tugasnya.

"Oke. Gue harap lo sungguh sungguh pengen bantu kita. Ngga buat rusuh atau cari muka ke gue. "

"Siap bos gabriel!" Ujarnya sambil membentuk tangannya hormat.

Gue melengos dan meninggalkan shilla di tempatnya sekarang. shilla pun kembali ke tempat kerjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar